Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Perjalanan Menyusuri Giethoorn, Kampung Air di Belanda

8 Juni 2019   03:39 Diperbarui: 9 Juni 2019   14:39 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: pemandangan salah satu kanal di kampung air Giethoorn, Belanda. Foto diambil pada Kamis, 06 Juni 2019.| Dokumentasi pribadi

Giethoorn terletak sekitar 160 km ke arah timur laut dari Den Haag. Bisa ditempuh sekitar 2 jam naik mobil. Penduduk setempat menyebutnya desa (village) Giethoorn. 

Desa ini sebenarnya tidak terlalu istimewa. Sebab satu-satunya daya tarik Giethoorn adalah kerana jalan-jalan di kampung Giethoorn, yang berpenduduk sekitar 2.600 jiwa itu, adalah berupa kanal-kanal air yang tertata rapi, dengan lebar yang bervariasi. Kanal utamanya selebar sekitar 6 atau 8 meter, sementara kanal sekundernya sekitar 3 atau 4 meter. Tidak ada jalan untuk kendaraan roda empat.

Karena itu, untuk sarana transportasi, setiap rumah di Giethoorn pasti punya 2 atau 3 unit perahu sampan (boat) berbagai ukuran, sebagai alat transportasi jika mereka ingin keluar kampung.

Jika setiap komplek perumahan di darat biasanya ada parkirannya, Giethoorn juga punya parkiran umum, tapi khusus untuk perahu, yang lagi-lagi tertata dengan rapi. Selain itu, setiap rumah pasti punya parkiran pribadi untuk perahu/sampan ukuran kecil.

Karena sudah dijadikan dan ditata sebagai destinasi wisata, Giethoorn kemudian populer atau dipopulerkan dengan nama Venesia Kecil ("Little Venice") atau Venesia-nya Belanda (Venice of the Netherlands). 

Namun, menurut pengamatan saya, terlalu berlebihan juga sih kalau Giethoorn dibandingkan dengan Venesia di Italia. Tak setara juga jika dibandingkan misalnya dengan "Kampong Air" di Bandar Seri Begawan, Brunei.

Jika ingin berkeliling kampung Giethoorn dan kebetulan bisa mengemudikan perahu bermesin, pengunjung bisa menyewa perahu bermesin sekitar 25 Euro per jam. Pilihan lainnya naik perahu ukuran lebih besar dengan kapasitas sekitar 30-40 penumpang, yang disebut "perahu cruise", dengan tarif sekitar 8 Euro per orang. 

"Perahu cruise" ini dinakodai seorang "kapiten" yang mengantar penumpang berkeliling menyusuri kanal-kanal sempit, sambil sesekali menjelaskan beberapa objek yang menurut dia unik dan membuat pengunjung bisa memanjakan mata menikmati pemandangan rumah-rumah kampung model Giethorn.

Kalau nggak suka atau takut naik perahu, pengunjung juga bisa berkeliling kampung dengan berjalan kaki atau menyewa sepeda goes untuk melintasi jalan-jalan setapak dan lebih dari 170 jembatan kecil yang menghubungkan setiap blok daratnya. Cuma kalau berjalan kaki, diperlukan waktu sekitar 3 sampai 4 jam untuk melintasi semua gang darat di Giethoorn.

Sejauh pengamatan saya, tidak ada model rumah yang benar-benar unik di Giethoorn dan semua rumah itu adalah milik pribadi. Di gang-gang/kanal utamanya sudah berderet beragam restoran layaknya destinasi wisata lainnya dan tentu ada penginapan dengan tarif sekitar 70 Euro per malam.

Yang juga mungkin menarik, menurut keterangan seorang warganya, di puncak musim dingin, kanal-kanal air di Giethoorn akan membeku, berubah menjadi es/salju, dan pas dijadikan jalur untuk bermain ski sambil berkeliling kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun