Apapun jenis kegiatan dan pekerjaan yang sedang dilakoni, berniatlah untuk meraih kebahagian. Sebab tujuan pertama dan utama dari apapun yang dilakukan adalah meraih kebahagiaan.
Lalu berupayalah menemukan dan menyediakan waktu untuk menikmati kebahagiaan itu. Berbahagialah dalam kebahagiaan. Banyak orang yang diasumsikan telah meraih kebahagiaan, tapi tidak punya cukup waktu untuk menikmati kebahagiaannya itu. Dan akibatnya, tak bahagia juga. Gagal menikmati kebahagiaan adalah tidak bahagia.
Dan ada beberapa acuan yang layak dicermati tentang kebahagiaan:
Pertama, kebahagiaan tak bisa diukur. Karana bahagia adalah soal rasa. Tak ada preferensi tunggal tentang bahagia. Tiap orang mustahil bisa memaksakan satu jenis standar kebehagiaan terhadap orang lain, bahkan terhadap orang terdekatnya sekalipun.
Kedua, tak ada kebahagiaan tunggal, yang berdiri sendiri. Artinya, kebahagiaan yang maksimal hanya mungkin diperoleh dari membahagiakan orang lain. Sebab salah satu variabel utama kebahagiaan adalah berbagi kebahagiaan.
Makin sering seseorang berbagi kebahagiaan kepada orang lain, semakin berpotensi pula seseorang itu untuk meraih kebahagiaan. Makanya, ungkapan "Kebahagiaan di atas penderitaan orang lain" pada dasarnya adalah kebahagiaan semu, kebahagian artifisial.
Ketiga, tak ada kebahagiaan yang berlaku konstan. Seseorang tak mungkin berbahagia untuk selama-lamanya. Seperti mustahilnya seseorang menderita atau sengsara selama-lamanya. Realitas kehidupan membuktikan itu.
Jika kehidupan ini diilustrasikan dalam skala 1 sampai 10, dan seseorang mampu memaksimalkan untuk meraih kebahagiaan sampai skala 5, dengan ritme yang relatif stabil, sesungguhnya ia sudah termasuk orang yang sangat berbahagia.
Keempat, kebahagiaan sering bersifat sangat situasional. Ketika melakukan suatu kegiatan, seseorang bisa meraih kebahagiaan pada momen Y, dan ketika melakukan kegiatan yang sama pada momen X, mungkin ia tidak meraih kebahagiaan.
Kelima, jangan pernah meremehkan hal-hal sepele yang mungkin lebih membahagiakan dibanding hal-hal utama yang menurut Anda penting, tapi justru tidak membahagiakan.
I'm wishing you all the very best for a happy, healthy and secure 2019.
Syarifuddin Abdullah | 03 Januari 2019/ 26 Rabiul-tsani 1440H