Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

10 Catatan terhadap Daftar 200 Penceramah Kementerian Agama

20 Mei 2018   11:00 Diperbarui: 20 Mei 2018   18:56 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Jumat, 18 Mei 2018, di berbagai media konvensional dan Medos beredar viral "Daftar Nama Muballig/Penceramah Islam Indonesia", yang berisi 200 nama ulama Islam, yang umumnya sudah dikenal publik Indonesia. Biar gampang, sebut saja Daftar200.

Sebelum lanjut, saya ingin menegaskan bahwa secara pribadi, saya mengenal akrab beberapa nama dalam Daftar200 itu. Dan catatan kritis ini bukan ditujukan kepada masing-masing dari 200 nama ulama tersebut, tetapi terhadap kebijakan di balik pembuatan Daftar200 itu. 

Saya yakin dan bisa memahami bahwa Daftar200 itu dibuat dengan niat baik. Hanya mungkin tidak memperhitungkan efek psikologis yang bisa dimunculkan atau terpicu, bukan hanya terhadap Kemenag dan Menterinya, tapi juga terhadap pemerintahan Presiden Jokowi secara umum. 

Berikut catatan kritisnya:

Pertama, suka tidak suka, Daftar200 itu dengan sendirinya akan menciptakan pengkotakan ulama. Dan bisa diduga, nama-nama ulama di Daftar200 itu akan langsung dicap sebagai ulama pemerintah atau ulama penguasa. Dalam tradisi dan sejarah keislaman, cap "ulama penguasa" biasanya berkonotasi negatif.

Kedua, saat ini di Indonesia ada ribuan ulama, juga puluhan ribu lulusan Ponpes, sarjana perguruan tinggi Islam dari dalam dan luar negeri, sehingga akan sangat naif bila diasumsikan bahwa Muballig Islam Indonesia hanya 200 orang. Logikanya di mana?

Ketiga, sampai akhir 2016 (berdasarkan data Dirjen Pendidikan Islam Kemenag), tercatat sebanyak 28.194 Ponpes di seluruh Indonesia. Dan tiap Ponpes pasti ada kiai dan ustadznya. Mereka juga muballig, betapapun sederhananya. Ini data yang sangat sederhana namun terabaikan. Terus dari mana logika pembuatan Daftar200 tersebut? 

Keempat, untuk wilayah Jakarta saja, ada ratusan masjid yang difungsikan/dipakai untuk shalat Jumat. Nah, kalau Daftar Penceramah Islam hanya berisi 200 nama, jangan salahkan bila publik berasumsi bahwa para khatib Jumat yang tidak masuk dalam Daftar200 nggak diakui. Ini kan edan.

Kelima, entah secara kebetulan atau bukan, pada saat yang sama, beredar pula sebuah daftar lain, yang berkop: "20 Nama Penebar Paham Islam Radikal/Wahhabisme". Meski List20 ini mengatasnamakan akun Ormas tertentu, saya memposisikannya sebagai pernyataan tidak resmi. Namun karena beredar pada periode yang sama, maka publik mengaitkannya dengan Daftar200 versi Kemenag.

Keenam, pernyataan ralat dari Kemenag (Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Data, dan Informasi Kemenag) bahwa Daftar200 itu bersifat dinamis dan akan terus diperbaharui, makin membuktikan bahwa Daftar200 itu dibuat tanpa perhitungan matang. Jika dinamis dan akan terus diperbaharui, sampai kapan? Lagi pula, tiap kali daftar itu diperbaharui, pasti akan menyulut kontroversi lagi, terus sampai kapan?

Ketujuh, pernyataan Kemenag bahwa salah satu acuan pencamtuman nama ulama dalam Daftar200 tersebut adalah rekomendasi dari Ormas-Ormas Islam dan para tokoh, itu tidak salah. Tapi justru semakin membuktikan bahwa Daftar200 itu dibuat tanpa acuan data ataupun riset yang memadai. Ngawur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun