Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisis tentang Serangan Tripartit Amerika-Inggris-Prancis terhadap Suriah

18 April 2018   07:00 Diperbarui: 18 April 2018   09:51 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: salah satu foto serangan yang dirilis akun Twitter resmi pemerintah Suriah pada 14 April 2018, memperlihatkan ledakan terjadi di pinggiran Damaskus (dalam internasional.kompas.com).

Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan oleh militer tripartit (Amerika-Inggris-Perancis) terhadap Suriah pada 13 April 2015 (berlangsung hingga 14 April 2018 waktu Suriah) menarget empat sasaran:

  • Fasilitas Pusat Riset dekat Damaskus.
  • Fasilitas senjata kimia dekat Homs.
  • Gudang peralatan senjata kimia dekat Homs.
  • Pusat komando militer dekat Homs.

Berbagai pemberitaan media menyebutkan, serangan yang berlangsung sekitar 12 jam itu menembakan 105 unit (beberapa sumber menyebut lebih dari 120 unit) rudal dari berbagai jenis, antara lain Tomahawk.

Namun serangan yang disebut didesain dengan tingkat presisi tinggi itu menyisakan sejumlah pertanyaan dan beberapa catatan menarik, berikut:

Pertama, 105 unit rudal untuk empat target adalah angka yang berlebihan. Normalnya, untuk empat target tersebut, bila semuanya mengenai targetnya, paling banyak diperlukan 10 unit rudal, dengan asumsi masing-masing 2 rudal untuk 4 target. Fakta bahwa militer tripartit menembakan 105 rudal membuktikan kebenaran pernyataan pejabat militer Rusia yang menegaskan, sebagian besar rudal yang diluncurkan tripartit dapat diintersep di udara, dihancurkan sebelum tiba di sasaran.

Kedua, rudal yang mampu mencapai sasaran, seperti terlihat dalam foto-foto yang dilansir oleh berbagi media, tidak menunjukkan adanya ledakan atau semburan bahan kimia (padahal target sasaran diasumsikan sebagai fasilitas senjata kimia). Fakta ini mengindikasikan kebenaran klaim rezim Suriah bahwa serangan itu tidak efektif. Konon, keempat target serangan itu sudah dikosongkan.

Ketiga, sebagian besar Rudal ditembakkan dari kapal militer yang buang jangkar di Laut Tengah. Meski ada laporan bahwa pesawat pembom B1 Lancer diikutkan dalam penyerangan. Fakta ini menunjukkan bahwa militer tripartit menghindari serangan balik (rudal anti pesawat) dari pasukan Suriah yang didukung militer Rusia di Suriah.

Keempat, sekedar catatan, pertahanan udara Suriah saat ini dikontrol dan dikendalikan oleh militer Rusia, yang menggunakan sistem pertahanan udara S-400 dan S500, salah satu yang tercanggih di dunia. Masih ingat jet tempur F-16 Israel yang ditembak jatuh pada 10 Februari 2018 lalu. Fakta ini menunjukkan tidak ada lagi jet tempur musuh yang leluasa terbang di wilayah udara Suriah. Karena itulah, militer tripartit memilih menembakkan rudal dari kapal yang buang jangkar di Mediterrania. Menghindari risiko kehilangan jet tempur.

Kelima, sebelum serangan dimulai PM Inggris Theresa May menegaskan, tujuan serangan bukan untuk menjatuhkan Bashar Assad, tapi semata menghukum Rezim Bashar Assad yang menggunakan senjata kimia dalam serangan ke Douma pada 7 April 2018. Pernyataan Therasa May ini menunjukan bahwa negara tripartit menghindari konfrontasi langsung dengan militer Rusia di Suriah. Pada saat yang sama juga mengindikasikan bahwa serangan itu tidak berpengaruh signifikan secara langsung terhadap posisi Bahsar Assad.

Keenam, serangan triparti itu lebih berfungsi mengirim pesan kepada Rusia bahwa bahwa kehadiran militer Rusia di Suriah tidak menjadi penghalang bagi Amerika dan sekutunya untuk melancarkan serangan terhadap target di wilayah Suriah. Dan itu berarti, ke depan, Rusia tidak sepenuhnya mampu melindungi rezim Bashar Assad.

Ketujuh, serangan tripartit ke Suriah lebih bermuatan politis, atau kelanjutan persiteruan antara Rusia dan Barat (Amerika dan Eropa), setelah kasus aksi saling mengusir diplomat akibat dugaan keterlibatan Rusia dalam upaya pembunuhan Sergei Skripal, agen intelijen ganda di Inggris. Mungkin itulah yang melatarbelakangi twit Donald Trump pada 11 April 2018: "Our relationship with Russia is worse now than it has ever been, and that includes the Cold War. There is no reason for this... (hubungan dengan Rusia berada pada kondisi terburuk bahkan jika dibandingkan dengan hubungan di era Perang Dining. Tidak ada alasan untuk membiarkan hal ini terjadi..."

Kedelapan, pernyataan Donald Trump dalam Twit-nya pada 14 April 2018 bahwa "Mission Accomplished!" terkait serangan ke Suriah, bukan jaminan bahwa serangan itu sukses. Sebab terma "Mission Accomplished!" juga dapat dipahami bahwa serangan itu telah dilaksanakan, sudah berhenti dan tidak dilanjutkan. Bahwa apakah serangan itu sukses atau gagal, itu soal lain.

Syarifuddin Abdullah | 18 April 2018 / 03 Sya'ban 1439H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun