Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takziyah untuk Seorang Sahabat, Irwan Heryudianto

22 Januari 2018   09:15 Diperbarui: 22 Januari 2018   10:04 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keabadian hanya milik Allah swt. Dan kematian bisa terjadi kapan saja, di mana saja. Maut bisa datang mendadak, dengan atau tanpa isyarat tanda sedikitpun.

Itulah yang terjadi pada diri seorang sahabat Sdr. IRWAN HERYUDIANTO, yang wafat pada Senin, 22 Januari 2018, sekitar pukul 00.15 waktu kota Colombo (sekitar pukul 01.45 WIB). Beliau sedang dalam perjalanan tugas ke Srilangka.

Saya masih sempat ketemu beliau pada Jumat sore, 19 Januari 2018, ngobrol di lift gedung kerja, dan beliau bercerita singkat sedang persiapan berangkat tugas ke Srilangka.

Saya mengenal almarhum secara langsung sejak 2007. Dan saya memposisikan diri cukup dekat dengan almarhum. Meski tak begitu intens ngobrol, padahal bekerja di satu gedung.

Dalam bekerja, beliau sangat teliti memperhatikan yang detail. Semua agenda mesti terencanakan dengan rapi. Terakhir saya dan almarhum satu tim kemudian tampil satu meja mewakili delegasi Indonesia dalam sebuah forum internasional, yang dihadiri perwakilan dari beberapa negara, di Jakarta pada awal Nopember 2017.

Di lingkungan kerja kami, Pak Irwan Heryudianto memang termasuk seorang yang kefasihan bahasa Inggrisnya bisa dikategorikan "tamat". Kalau tampil di forum yang menggunakan bahasa Inggris, beliau sangat handal. Beliau jebolan pendidikan Amerika, pernah bertugas di Singapura dan Belanda.

Sepulang dari Belanda, beliau langsung bertugas di Kalimantan, lalu dalam kerangka tour of duty, kembali lagi Jakarta pada medio 2017. Pada hari-hari awal di Jakarta sepulang dari Kalimantan, entah mengapa, beliau sering banget ke ruangan saya, untuk sekedar ngobrol, kadang lama. Sebagian obrolan itu digunakan oleh beliau untuk menyampaikan uneg-uneg, bahkan curhat.

Sejak itulah, saya tahu bahwa almarhum mengikuti dan aktif membaca artikel-artikel saya di media online. Kadang beliau mengeritik substansi artikel, baik melalui ngobrol langsung ataupun melalui WA dan Telegram. Dan saya selalu merespon kritiknya dengan senang hati. Entah mengapa, setiap kali berdiskusi dengannya, saya cenderung menghindari berdebat dengan almarhum. Saya membiarkannya saja menyampaikan kritiknya. Jika pun saya menanggapinya, saya menggunakan kiasan dan tamsil lain.

Di antara kolega kerja yang lain, saya menilai almarhum Irwan Heryudianto termasuk orang yang sangat matang gagasan dan prinsip nasionalismenya. Loyalitas NKRI-nya di atas rata-rata.

Saat ngobrol, beliau sering mengeritik gerakan-gerakan keagamaan yang melakukan kegiatan dengan tanpa menghitung bahwa kegiatan itu mengganggu warga lain.

Kebetulan di dekat rumahnya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, ada sebuah masjid yang sering digunakan untuk acara tablig akbar, dengan jamaah yang membludak dan suara mikrofon yang bertalu-talu dan membahana ke seantero lingkungannya. Jamaahnya sering meluber ke jalan-jalan sampai gerbang rumahnya, yang mengakibatkan kendaraan tidak bisa keluar rumah. "Kesal, saya mau keluar rumah, terhalang oleh jamaah pengajian", katanya suatu hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun