Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Rivalitas Arab Saudi vs Iran

24 November 2017   14:35 Diperbarui: 24 November 2017   18:23 2885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: diolah

Sejak 4 Nop 2017, berbagai pernyataan tensi tinggi dari Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia (KSA) mengirim sinyal seolah-olah akan segera meletus perang besar antara KSA dan Iran. Bahkan perang itu konon akan melibatkan Israel untuk menggempur Hizbullah Lebanon yang didukung Iran (seolah Israel begitu bego'nya sehingga mau berperang untuk kepentingan dan berdasarkan ritme KSA). 

Lalu muncul berita kerjasama intelijen Israel di Yaman untuk menghabisi Al-Houti. Lantas Liga Arab bersidang, dan keputusannya akan dibawa ke DK PBB. Semua itu bermuara pada tuntutan KSA: agar Iran segera menghentikan intervensinya di berbagai negara Arab.

Lantas bagaimana respon dari Teheran? Ali Khamenei, pemimpin spiritual tertinggi di Iran, pada Kamis 23 Nop 2017 menegaskan, "Iran akan berada di manapun untuk melawan kafir dan pengikutnya. Saya (Ali Khamenei) menyampaikan hal ini secara terbuka, dan Iran tidak takut kepada siapapun". Sepanjang pantauan saya, pernyataan Ali Khamenei ini merupakan pengakuan resmi dan terbuka pertama sekaligus respon paling keras dan telak terhadap berbagai tudingan KSA bahwa Iran melakukan campur tangan di negara-negara Arab.

Untuk memahami lebih jauh soal dinamika dan karakteristik rivalitas antara KSA dan Iran, artikel ini akan coba mengulas sejumlah variabel keunggulan dan kelemahan masing-masing dari KSA dan Iran:

Pertama, rivalitas turunan

Secara geografis, KSA adalah jantung Jazirah Arab. Sementara Iran mewakili bangsa Persia. Secara historis, kedua bangsa dan peradaban ini, Arab dan Persia, memang tidak pernah akur. Artinya, mengasumsikan dan berharap KSA dan Iran akan bersahabat sebenarnya justru ahistoris. Karena itu, perang pernyataan politik tensi tinggi antara Riyadh dan Teheran jangan juga dianggap terlalu serius. Sebab bukan hal baru kalau KSA menuding Iran mengemban misi imperialisme kebangsaan (Persia). Sementara Iran menyebut KSA dan royal family sebagai negara yang mengemban misi pengaruh regional yang ambisius.

Kedua, Merefleksikan konflik Sunni vs Syiah

Konflik atau permusuhan turunan itu semakin menjadi-jadi, karena KSA kadang "memposisikan diri" sebagai pimpinan atau mewakili kepentingan Muslim Sunni. Meski banyak intelektual dan ulama Muslim Sunni dari negara-negara Muslim Sunni lainnya, yang menentang atau tidak bersimpatik pada sikap politik Saudi.

Sementara Iran memposisikan diri mewakili Muslim Syiah. Dan hampir semua komunitas Syiah di dunia mendukung, atau paling tidak, bersimpatik kepada sikap politik Iran.

Karena itu, KSA menuding Iran berambisi menyebarkan paham Syiah di negara-negara Arab Sunni dan Iran atau Syiah adalah biang kekacauan di regional Timur Tengah. Sebaliknya, karana paham keagamaan yang dominan di KSA adalah Wahhabi, maka Iran menuding KSA sebagai biang pemikiran radikal di kalangan Muslim Sunni. Ujungnya adalah Wahhabi vs Syiah.

Ketiga, Kekuatan senjata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun