Kecuali bagi mereka yang sudah terbiasa, makanan adalah salah satu persoalan serius bagi hampir semua warga Indonesia yang bepergian ke luar negeri, baik dari segi menu maupun harga makanannya.
Dari segi menu makanan, umumnya orang Indonesia terbiasa dengan nasi. Sehingga muncul ungkapan: belum terasa makan kalau belum kena nasi. Makanya banyak teman yang membawa bekal mie instan. Jika begitu, sarapan di hotel yang umumnya tak ada nasinya, paling roti dan kentan, bisa menjadi siksaan tersendiri.
Dan memang ada beberapa negara yang sebagian besar restorannya tidak menyediakan nasi. Amerika termasuk.
Tapi bahkan di negara-negara yang banyak restorannya menyediakan nasi sekalipun, seperti di negara-megara Timur Tengah, seringkali cara masaknya tidak cocok dengan cara masak nasi di kalangan warga Indonesia. Karana umumnya berupa nasi minyak.
Persoalan kedua adalah soal harga makanan. Sering terlihat ada warga Indonesia yang menawar sesuatu di luar negeri, dia akan langsung membandingkan lalu mengkalikannya ke dalam nilai rupiah. Kalau sudah begitu, cenderung akan batal membelinya. Sebab ujungnya pasti akan lebih mahal dibanding barang sejenis di Indonesia.
Nah terkait dengan harga makanan di Amerika, selain jarang restoran yang menyediakan nasi, harganya pun selangit pula.
Untuk semua jenis makanan fast food (makanan cepat saji), harganya tak ada lagi yang di bawah 5 USD (Rp65.000). Big Mag McDonald misalnya dihargai 6 USD (Rp78.000). (Catatan: majalah The Economist menjadikan menu Big Mac sebagai metode mengukur kurs setiap negara).
Jadi kalau makan dengan menu fast food (daging, roti/kentan plus salad) tambah minuman panas atau dingin, rata-rata harus membayar sekitar 13 USD (Rp170.000) untuk satu orang. Tentu harga Rp170.000 untuk sekali makan per orang, jika hidup di Indonesia, akan terasa sangat mahal. Sebab hidup di kota-kota besar sekalipun (Jakarta, Surabaya, Medsn, Bandung dan Makassar), nilai Rp170.000 bisa cukup makan tiga kali di rumah untuk satu keluarga kelas menengah.
Kalau masuk ke restoran yang dilayani dengan menu makanan yang bertahap: menu pembuka, utama dan penutup (appetiser, main-course dan dissert), hampir bisa dipastikan tiap orang rata-rata akan dikenakan biaya paling murah 30 USD (Rp650.000). Opo ora bangkrut.
Dan kalau Anda Muslim yang taat, kayaknya akan susah mencari dan mendapatkan restoran berlabel halal. Tapi makan adalah hak asasi yang paling asasi.
Goodbye Amerika.
Syarifuddin Abdullah | Washington DC, 20 Nop 2017 / 02 Rabiul-awal 1439H
Catatan: asumsi kurs: Rp13.000 per 1 USD.