Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cemburu Melihat "Sidewalk" di Washington DC dan New York

17 November 2017   12:25 Diperbarui: 18 November 2017   03:28 2962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trotoar jalan di depan Internasional Spy Museum, F St NW, Washington DC (dokumentasi pribadi, 12 November 2017).

Dari sekian banyak keunggulan kota-kota di Amerika seperti Washington DC dan New York City (NYC), khususnya jika dibandingkan dengan Jakarta, soal trotoar untuk pejalan kaki adalah salah satu yang paling menyedot perhatian saya.

Dan sidewalk adalah istilah yang lazim digunakan di Amerika untuk trotoar atau jalur pejalan kaki (pedestarian) di jalan-jalan dalam kota. Poin tentang sidewalk ini menjadi lebih menarik bila dikaitkan dengan usia dua kota Amerika tersebut dan usia kota Jakarta.

Seperti tercatat, kota Jakarta pertama dibangun dengan nama Jayakarta tahun 1527, lalu berganti nama menjadi Batavia pada 1621. Nama Jakarta mulai resmi digunakan sejak 1942.

Sementara Washington didirikan tahun 1891. Adapun New York City (NYC) malah lebih tua, sebab nama NY sudah tercatat sejak 1664, dan mengalami pengembangan siginifikan melalui program yang disebut Commisioners' Plan pada 1881, dan sejak itu, NYC mulai diperluas untuk mencakup semua kawasan Manhattan.

Artinya, dari segi usia, tiga kota itu (Washington, NYC dan Jakarta) telah berusia kebih dari 200 tahun.

Perbedaannya, hampir semua jalan yang memisahkan blok di kota-kota Amerika, memiliki trotor untuk pejalan kaki, dengan lebar rata-rata antara 2 sd 5 meter. Di Jakarta mungkin tidak ada trotoar selebar 5 meter.

Dan sidewalk di Washington DC dan NYC terlihat tertata rapi, dan yang paling penting karena membuat nyaman dan aman untuk para pejalan kaki.

Saya membatin: kota yang dibangun lebih dari 200 tahun lalu, dan sudah menghitung perlunya jalur pejalan kaki, menunjukkan bahwa pemerintahan dan perencana tata ruang kota telah memiliki visi dan misi yang jauh ke depan.

Mungkin sekali akan sangat jarang terjadi penggusuran paksa di Washington DC dan NYC. Sebab peraturan pembangunan sudah mengatur jarak antara gedung dan jalan dan trotoarnya. Dan hampir tidak dimungkinkan terjadi penyerobotan tanah oleh warga atau investor.

Coba bandingkan dengan Jakarta. Pada awal tahun 1900-an hingga 1945, pinggiran Jakarta seperti kawasan Pasar Minggu, Fatmawati, Kalideres, Cakung, mungkin masih merupakan tanah kosong. Tapi pembangunan di wilayah pinggiran Jakarta itu, paska kemerdekaan 1945, nyaris tak memperhitungkan perlunya jalur pejalan kaki. Sebagian pagar rumah malah menempel ke selokan pinggir jalan.

Karena itu, ketika seorang warga Amerika bertanya ke saya, apa yang paling menarik bagi Anda selama berada di Amerika? Meski sangat menarik dan memukau, saya tidak menjawab Subway, Time Square, Patung Liberty, Central Park di NYC atau Gedung Putih, Gedung Capitol, kawasan The Mall dan berbagai Museum di Washington DC. Jawaban saya sangat sederhana: sidewalk (trotoar untuk jalur pejalan kaki).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun