Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serangan Bersenjata ke Istana Kerajaan di Jeddah, Arab Saudi

8 Oktober 2017   06:54 Diperbarui: 9 Oktober 2017   06:48 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber peta: aljazeera.net

Dengan mengendarai mobil, membawa satu pucuk senjata laras panjang jenis Klashvikov dan tiga bom, pada Sabtu dini hari, 07 Oktober 2017, Mansour Al-Amiry, 28 tahun, warga Saudi asli, melakukan penyerangan bersenjata ke gerbang Istana kerajaan As-Salam di Jeddah, Kerajaan Saudi Arabia (KSA).

Akibatnya, setelah baku tembak dengan keamanan istana, Mansour Al-Amiry tewas di TKP. Penyerangan itu juga menewaskan 2 orang dan mencederai 3 orang lainnya dari unsur pengamanan istana.

Catatan:

Pertama, peristiwa penyerangan ke sebuah istana kerajaan di KSA sungguh sebuah perkembangan kualitatif, yang bisa diduga akan disusul dengan perkembangan yang lebih kualitatif. Boleh jadi, penyerangan itu merupakan respon terhadap sejumlah perkembangan kualitatif dalam managemen politik kerajaan selama beberapa bulan terakhir, terutama terkait dengan penangkapan yang terkesan tanpa acuan yang jelas terhadap sejumlah intelektual dan ulama di Saudi.

Kedua, perkembangan kualitatif itu juga mengindikasikan secara tidak langsung adanya "ketegangan" atau "pertarungan terselubung" di jajaran keluarga inti kerajaan. 

Namun seperti lazimnya pertarungan internal antar sesama anggota keluarga inti kerajaan di manapun, memang sulit dibuktikan, tapi bisa dirasakan oleh mereka yang intens mengikuti dinamika internal kerajaan.

Dan salah satu indikatornya: bila ada anggota inti kerajaan yang tadinya sangat powerfull, tiba-tiba menjadi powerless. 

Ketiga, bukan tidak mungkin, serangan ini merupakan reaksi terhadap kunjungan Raja Salman ke Moskow dan pertemuannya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Oktober 2017. Kunjungan Raja Salman itu meresahkan banyak pihak di Eropa dan Amerika, sebab mengirim sinyal kuat adanya keinginan KSA untuk menyeimbangkan patron pengaman dalam dinamika politik Timur Tengah secara umum dan arah kebijakan luar negeri KSA, khususnya terkait dengan pembelian senjata.

Keempat, sejak 2017, berdasarkan pemantauan saya, kritikan terhadap dinamika dan kebijakan KSA, selain dilakukan oleh warga Saudi sendiri dengan spektrum yang cukup luas dan dari berbagai latar belakang, kritikan itu juga diekspresikan dengan lebih berani dan bahasa to the point, bahkan vulgar. Hal ini belum pernah terjadi dalam sejarah KSA.

Syarifuddin Abdullah | 08 Oktober 2017 / 18 Muharram 1439H

---------

Diperbaharui: 09 Oktober 2017

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun