Beberapa tahun terakhir, setiap menjelang Idul Adha dan musim berkorban, muncul berbagai postingan di Medsos, yang saya yakin, pengirimnya punya niat baik. Tapi pada saat yang sama, postingan itu juga menunjukkan, sebagian kita lebih peduli pada hal-hal yang tidak substantif tentang berkurban.
Guna memaksimalkan pelaksanaan qurban, berikut beberapa catatan subtantif yang sederhana dan singkat tentang berkurban:
Pertama, di dalam Quran, substansi berkurban hanya satu: niat tulus untuk menyisihkan sebagian harta untuk berqurban pada periode yang telah ditentukan: 4 hari (tanggal 10, 11, 12 dan 13Â Dzul-hijjah).
"Bahwa daging dan darah qurban takkan menggapai Allah. Tapi yang akan sampai kepada Allah adalah ketakwaanmu (baca niat tulusmu ketika berkurban)".
Karena itu, sebisa mungkin, qurban tidak boleh dijadikan ajang untuk unjuk kesejahteraan.
Kalau berkenan, ketika berqurban mencontohlah atau memposisikan diri seperti Nabi Ibrahim ketika melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya (Ismail). Artinya, ketika menyangkut perintah Allah, semua pertimbangan lain sebaiknya dikesampingkan.
Kedua, sebagian besar ulama memposisikan hukum kurban adalah sunnat muakkad (kategori sunnat yang jarang sekali ditinggalkan oleh Rasulullah saw). Dilaksanakan, monggo. Gak berqurban juga gak apa-apa. Jadi tidak perlu ngoyo-ngoyo banget.
Ketiga, kadar minimal nilai qurban adalah satu ekor kambing (usia 1 tahun) atau domba (usia 6 bulan). Dan setiap 7 kambing/domba bisa digabung menjadi 1 unta atau 1 sapi.
Bukan tidak boleh. Silahkan saja, kalau mau. Tapi tidak perlu dipaksa-paksakan patungan beberapa orang untuk berqurban dengan memotong 1 kambing/domba. Sebab itu tidak memenuhi syarat minimal terbaik untuk qurban. Memang ada hadits yang membolehkan qurban kambing/domba untuk beberapa orang. Tapi kalau yang saya pahami, hadits itu berbicara tentang satu orang dan anggota keluarganya.
Dan bila tujuannya melatih atau membiasakan diri dan anggota keluarga untuk berqurban, berqurban dengan seekor ayam juga bisa. Tapi ini tetap harus diposisikan sebagai latihan berqurban.
Keempat, bahwa pelaku atau yang berqurban, kalau mau, bisa mengambil dan memakan sepertiga dari daging qurbannya. Bahkan bisa mengambil bagian daging terbaiknya (misalnya paha-kaki kiri belakang kambing).