Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Memanjakan Diri di Hari Libur

11 Mei 2017   08:47 Diperbarui: 11 Mei 2017   14:30 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika libur menjadi menjadi barang langka, maka setiap liburan non-reguler selalu menjadi karunia tersendiri. Dan tentu selalu juga tersedia sejuta cara untuk memanjakan diri di hari libur.

Seorang teman, baru juga bangun pagi, langsung selfi-selfi, dan sekalabat kemudian foto selfi itu melanglang buana di akun Medsos.

Kawan lain memilih berlama-lama tinggal, katannya, di “Pulau Kapuk”. Saya berhenti membacanya. Sesaat kemudian baru paham, maksudnya ternyata malas-malasan bangun dari kasur tidurnya. Padahal mungkin dia sudah lama tidur di kasur springbad, yang empuknya bukan karena kapuk, tapi per besi.

Bagi mereka yang suka membagi ide, mungkin cenderung memilih duduk di depan komputer atau berkutat di layar gadget, selama satu-dua jam, untuk menulis artikel atau sekedar postingan ringkas atau mungkin membuat meme: berbagai kebaikan, berbagai uneg-uneg, mungkin merespon kasus yang sedang menjadi trending topic.

Dan mengacu pada pengalaman ngobrol dengan teman-teman, face-to-face atau via akun Medsos person-to-person atau via group, di era yang populer disebut “kekinian” ini, sepertinya memang sudah langka orang yang mengagendakan membaca buku di hari libur. Gejala umum ini bolehlah disebut sebagai indikator yang boleh jadi nantinya akan membentuk generasi yang tidak sadar telah dididik oleh zaman untuk akrab dengan “kedangkalan persepsi”.

Tak sedikit tentu yang memanjakan diri di hari libur dengan bertemu teman. Merekat ulang yang sudah renggang, menyambung kembali yang hampir putus, mengkrabkan lagi yang sudah akrab. Mencairkan yang kaku atau beku. Saat ini telah muncul komunitas-komunitas yang bermotto: no long journey for silaturahim. Sebagian orang bahkan telah mulai mempopulerkan adagium baru: no high cost for silaturahim.

Namun di hari liburan kejepit ini, sebagian besar mungkin akan lebih memilih mengisi dengan memaksimalkan momen bersama keluarga: jalan bareng, makan bersama, mengakrabkan suasana rumah tangga, sebagai pengganti momen keluarga yang terkuras habis oleh berjibun kegiatan di hari-hari kerja reguler.

Tapi liburan yang jatuh pada hari Kamis, memang tanggung. Soalnya Jumat besoknya – yang biasa diistilahkan “hari kejepit”, kita kembali beraktivitas. Padahal Sabtu-Minggu adalah liburan reguler.

Dan ada sesuatu yang sering terlupakan setiap hari libur: banyak lho orang yang karena tuntutan dan ritme kerjanya, terpaksa harus tetap beraktivitas reguler di hari liburan. Para pekerja di kereta api, listrik, dan pabrik-pabrik yang ship kerjanya bertepatan dengan hari libur. Kepada mereka semua diucapkan selama bekerja, tetap semangat dan ikhlas.

Apapun pilihannya, selamat memanjakan diri di hari libur. Dan melalui artikel ini, saya  mengucapkan selamat kepada sodara-sodara kita dari umat Budha, yang hari ini khusyuk merayakan Hari Waisak 2561.

 Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 11 Mei 2017 / 14 Sya'ban 1438H.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun