Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konflik Libya (2): Satu Negara dengan Dua Pemerintahan

9 September 2016   01:28 Diperbarui: 9 September 2016   09:17 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, wilayah selatan Libya yang berbatasan dengan Aljazair di bagian barat, Niger dan Chad di bagian selatan, serta Mesir dan Sudan bagian timur juga menjadi jalur penyelundupan senjata dari wilayah Sahara, sekaligus menjadi jalur pavorit penyelundupan manusia dari berbagai negara Afrika di selatan, yang ingin berimigrasi ke Eropa lewat laut Mediterrania.

ISIS Menguasai Derna

Tapi wilayah hotspot di Libya yang paling “sexy” adalah kota pantai Derna, yang terletak di sebelah timur Libya bagian utara, yang menjadi basis para kombatan ISIS (IS Cabang Libya). Anasir ISIS Libya juga sesekali muncul dalam pertempuran di wilayah Misrata, yang terletak sekitar 250 km ke arah timur dari ibukota Tripoli.

Pada tahun-tahun awal periode konflik di Libya, sebagian besar mujahidin dari negara-negara Afrika Utara dan Barat, yang ingin pergi ke Suriah, transit dulu di Libya untuk pelatihan dan mengambil dokumen perjalanan. Sebelumnya kelompok IS Libya berhasil menguasai kantor Imigrasi di Kota Misrata. Mereka lalu membagi-bagikan paspor Libya kepada mujahidin asal Afrika Utara dan Afrika Barat, untuk memudahkan perjalanan ke Suriah, via Turki, dengan memanfaatkan fasilitas bebas visa yang diberikan oleh Turki bagi pemegang paspor Libya. Fasilitas bebas visa ini  sudah berlaku sejak masa Qaddafi. Belakangan, Turki telah mencabut fasilitas bebas visa tersebut bagi pemegang paspor Libya.

Melihat kondisi dalam negeri Libya yang begitu runyam, beberapa kekuatan global dan regional berinisiatif membantu menyelesaikan konflik dengan bersikap netral. Tapi sebagian negara yang awalnya ingin membantu akhirnya ikut berpihak juga, kalau bukan kepada Dawn Libya, ya kubu Al-Karamah.

Namun semangat dan keseriusan kekuatan regional dan global untuk terlibat dalam konflik Libya, tidak sebesar dengan semangat dan keseriusan mereka ketika terlibat dalam konflik Suriah atau Irak. Dan itu ada alasan-alasannya (Bersambung).

Syarifuddin Abdullah | Jumat, 09 September 2016 / 07 Dzul Hijjah 1437H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun