Mohon tunggu...
Febri Trifanda
Febri Trifanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lux in tenebris

Sitou timou tumou tou

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Jalan Tengah Terhadap Perbudakan Teknologi

26 Januari 2022   13:09 Diperbarui: 26 Januari 2022   13:55 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh : Febri Trifanda

Hal fundamental yang kita hadapi sekarang adalah disrupsi teknologi. Dimana teknologi telah tercabut dari akarnya yang semula digunakan untuk kemanusiaan kemudian berubah menjadi manusia untuk teknologi. Maksudnya adalah manusia menciptakan teknologi sebagai fasilitas maupun instrumen untuk mempermudah dirinya dalam melakukan aktivitas di berbagai sektor. Namun pada akhirnya manusia di perbudak oleh teknologi yang ia ciptakan sendiri.


Peran teknologi pun di masa sekarang amat lah penting. Karena negara yang menguasai teknologi maka berpotensi menjadi negara yang lebih maju, berdaya saing, adidaya, bahkan mampu menguasai dunia. Sehingga setiap negara pun berlomba-lomba untuk menciptakan berbagai produksi teknologi nya. Sementara Negara-negara yang ketertinggalan dalam teknologi maka potensial menjadi negara yang konsumtif atau sebagai ladang pendistribusian produk dari sang produsen teknologi.

Kita bisa berkaca pada kondisi bangsa Indonesia sekarang yang menjadi salah satu negara konsumtif di dunia. Terkhususnya dalam mengkonsumsi teknologi digital 4.0. Selain menjanjikan berbagai kemudahan, ternyata teknologi digital juga menyisakan berbagai problem. Hal paling sederhana yang bisa kita temukan adalah bagaimana munculnya konflik di ruang digital. Ada yang terkena UU ITE akibat mencemarkan nama baik individu maupun lembaga, ada yang saling menghujat hingga berujung pada perkelahian, ada yang menyebarkan informasi hoax hingga menyebabkan anomali informasi, dan lain sebagainya.

Hal ini disebabkan karena ruang kebebasan yang sangat luas namun di sisi lain mereka tidak mengenal batasan-batasan kebebasan nya. Meskipun secara ontologi kebebasan setiap individu itu mutlak, tapi kebebasan mereka dibatasi oleh Undang-undang atau Peraturan di dalam sebuah negara agar supaya ruang kebebasan itu tidak menyebabkan chaos atau fatalitas perbuatan. Batasan-batasan ini lah sejatinya yang mesti dimengerti agar kita tidak memanfaatkan ruang kebebasan tersebut ke jalan yang salah atau melanggar. Sehingga dengan demikian kita tidak menggunakan teknologi digital terutamanya media sosial seenak dan semau jidat kita saja.

Seorang Sosiolog bernama Anthony Giddens pernah mengatakan bahwa era posmodern itu adalah sebuah era dimana produksi informasi itu lebih masif ketimbang produksi manufaktur. Misalnya, kita bisa membayangkan bagaimana informasi yang di produksi selama satu hari yang sampai milyaran jumlahnya di seluruh dunia. Akan tetapi, produksi manufaktur (benda-benda) hanya berkisar ratusan juta saja di seluruh dunia. Dengan jumlah informasi yang banyak jumlahnya, terkadang kita tidak mampu menyaring mana informasi yang benar, settingan dan hoax. Sehingga ini sering mengakibatkan disinterpretasi informasi.

Dari sekian banyak persoalan yang terjadi, kita akan mengalami atau sedang mengalami proses transisi dari digital 4.0 menuju robotisasi 5.0 atau Artifisial Inteligen (Artificial Intelligence ; AI). Sebenarnya hal ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Bahkan seorang Psikoanalisa bernama Erich Fromm telah memprediksi situasi ini sejak abad ke-20 silam. Melalui salah satu karya nya yang berjudul "Revolusi Harapan" ia menyebutkan bahwa di tengah-tengah kita ada hantu. Hantu itu bukan lah hantu kuno seperti fasisme atau komunisme, melainkan hantu baru yaitu masyarakat yang di mesin kan secara total, dicurahkan untuk meningkatkan produksi dan konsumsi material, dan di arah kan oleh komputer-komputer.

Bentuk masyarakat baru ini pun pernah diprediksi dalam sebuah karya fiksi George Orwell "1984" dan dalam Karya Aldous Huxley "Brave New World". Menurut Erich Fromm, aspek yang paling dominan adalah kita telah kehilangan kontrol terhadap sistem kita sendiri. Kita dipaksa mengikuti keputusan-keputusan yang dibuat menurut perhitungan-perhitungan komputer, Kita sebagai manusia tidak mempunyai tujuan kecuali terus menerus memproduksi dan mengkonsumsi, Kita terancam punah oleh senjata-senjata nuklir dan terancam kematian batin. Artinya manusia tidak lebih dari sekedar statistik, matematis, dan mengikuti algoritma komputer (teknologi).

Padahal manusia telah memperoleh kemenangan melalui kreasi dan inovasi nya menaklukkan alam. Ia telah berhasil menemukan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk menguasai alam. Tetapi akibat pemusatan perhatian nya hanya pada persoalan teknik dan konsumsi material, manusia kehilangan hubungan dengan dirinya sendiri serta dengan kehidupan nya. Pertanyaan nya adalah haruskah kita memproduksi masyarakat yang sakit demi menciptakan komputer dan penemuan baru untuk melayani kebutuhan-kebutuhan manusia ?.

Melalui karya nya yang berjudul "Technological Society" Jacques Ellul mendeskripsikan secara gamblang mengenai masyarakat baru dengan segala akibat destruktif nya terhadap manusia. Dia menganggap momok itu terlihat dari berkurangnya kemanusiaan dengan sangat mengerikan. Disini Ellul melihat kemungkinan bahwa masyarakat yang didehumanisasikan bukan lah suatu kemenangan. Ia menganggap bahwa loncatan menuju masyarakat baru bukan lah kemenangan. Hal yang berbahaya adalah ketika orang semakin sadar akan ancaman dari sikap-sikap dunia teknologi terhadap kehidupan pribadi dan spiritual manusia lalu membatasi tuntutan kebebasan mereka dengan mengacaukan perjalanan evolusi.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa teknologi merupakan suatu fasilitas yang meringankan beban manusia yang mengalami serangkaian proses evolusi yang cukup panjang. Misalnya seperti evolusi dari Revolusi industri 1.0 menuju 5.0 yang berjalan secara evolutif. Bahkan sejak zaman kuno pun manusia telah mengenal teknologi seperti peralatan nya untuk berburu, instrumen nya untuk menulis ketika telah mengenal tulisan, instrumen nya untuk memasak makanan hasil buruan nya ketika telah menemukan api. Hingga digitalisasi dan robotisasi yang kita rasakan sekarang. Hal yang berjalan secara evolutif ini tidak mungkin akan dihentikan, dan tentunya sangatlah berbahaya tatkala proses perjalanan evolusi ini dikacaukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun