Mohon tunggu...
Sabar YonathanRS
Sabar YonathanRS Mohon Tunggu... Pengacara - Law Student

Global Citizen with Global Minded

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Realita Kehidupan

29 September 2020   09:20 Diperbarui: 29 September 2020   09:25 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini aku beserta keluarga inti melakukan perjalanan wisata ke danau toba. Tentunya kami tetap menerapkan protocol kesehatan yang cukup ketat dalam perjalanan ini. Kami berangkat pada pukul 08.30 WIB. Setelah kurang lebih 6 jam, kami akhirnya sampai di Parapat. Hujan deras mewarnai perjalanan kami yang santai dan menyenangkan. 

"Kok sepi ya jalan?padahal kan ini weekend, apa karena faktor "tanggal tua" atau masyarakat masih takut corona?",tutur aku dalam hati selama perjalanan.  Dengan jalan yang sepi aku menyimpulkan bahwa di sana akan sepi juga. Dan dugaan aku benar. Di parapet sangat sepi bahkan pada jam 19.00 WIB jalanan sudah sangat sepi. 

Banyak toko-toko yang tutup dan sedikitnya wisatawan yang datang ke tempat wisata ini. Keadaan ini membuat aku senang dan sedih. Senang nya aku dan keluarga aku bakal berliburan tanpa adanya kerumunan sehingga resiko penularan covid-19 akan semakin kecil. Sedihnya mungkin warga setempat merasakan efek yang sangat besar di sektor ekonomi ketika sedikitnya wisatawan yang datang.

Namun dalam perjalanan liburan kali ini, tak disangka aku mendapatkan suatu pelajaran yang berharga. Sewaktu menuju tempat penginapan, kami sempat singgah ke SPBU untuk buang air kecil. Disaat sampai di SPBU, ada seorang nenek yang berjualan di tengah derasnya hujan. Aku pun langsung menghampiri dan bertanya. 

Sudah 12 tahun nenek ini berjualan kacang sihobuk, telur, kacang goreng, dan anek jajanan lainnya di area SPBU . Ia terpaksa berjualan lantaran untuk membiayai uang sekolah cucu nya yang masih menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar. 

Dengan jalan yang terbungkuk sambil memegang payung ia tetap bersemangat menawarkan jualan nya kepada orang yang singgah ke SPBU itu. Belum lagi suhu di sini sangat dingin, apa tidak kedinginan ya nenek ini?, tutur ku sambil berpikir sejenak. Usaha yang dikeluarkan tidak sesuai degan pendapatan yang didapatkan, terkadang satu hari mendapat Rp.50.000, kadang tidak mendapatkan uang dari hasil jualannya.

Mendengar hal ini, aku langsung mau menangis. Terkadang kita lupa untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Namun aku tidak menyadari bahwa masih banyak orang yang hidupnya masih jauh dari kata cukup. "Bahagia kan terus orang tua, selagi masih muda" pesan nenek ini kepadaku. 

Aku akan terus mengingat pesan nenek itu sepanjang hidupku. Setelah percakapan aku dan si nenek selesai, ia pun berjalan lagi , namun tak lama kemudian  ada orang yang memberikan uang kepada si nenek tanpa mengambil jajanan yang digendong nya. Ternyata masih ada orang yang peduli terhadap sesama, ucapku dalam hati.

Aku bersyukur,disaat  liburan ternyata mendapatkan sebuah nilai untuk tetap bersyukur akan kehidupan. Aku berdoa agar si nenek selalu diberikan kesehatan serta mendapatkan kebahagiaan di akhir masa hidupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun