Seiring dengan perkembangan zaman disertai dengan kepintaran teknologi dan sistem yang dibuat manusia, banyak kekhawatiran masyarakat akan terusirnya mereka dari pekerjaan tetap karena digantikan oleh sistem pintar atau robot di masa yang akan datang. Tidaklah mengherankan karena kekhawatiran itu sudah  banyak terbukti di masa kini.Â
Beberapa lapangan pekerjaan memang sudah diisi oleh robot atau sistem otomatisasi, bahkan penyedia jasa juga mulai tergantikan dengan robot.Â
Buruh pabrik yang digantikan oleh Robot, pencuci mobil yang tergantikan oleh robot, bahkan tukang pijat pun mulai sepi karena sudah banyak dijual alat terapi elektrik adalah bukti nyata atas landasan kekhawatiran itu. Jadi apakah Teknologi itu memudahkan atau justru "menginjak" kehidupan manusia?.
Salah satu studi yang dilakukan McKinsey Global Institute sedikit membenarkan kekhawatiran tersebut. Dalam studi ini diprediksikan bahwa pada tahun 2030 nanti, sebanyak 400-800 juta pekerja di seluruh dunia akan tergantikan karena adanya otomatisasi. Otomatisasi adalah ketika sebuah pekerjaan dapat dikerjakan dengan sistem komputerisasi sehingga tidak membutuhkan tenaga manusia.Â
Hal ini terjadi karena "pintarnya" teknologi berbasis Artificial Intellegence membuat pekerjaan yang dikerjakan oleh sistem modern menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik dan kuantitas lebih banyak daripada produk hasil kerja manusia. Kelebihan ini membuat perusahaan lebih tertarik menggunakan sistem otomatis demi meningkatkan efisiensi yang menjadi kunci persaingan bisnis saat ini.
Akan tetapi, studi yang dilakukan McKinsey sebenarnya juga membawa kabar baik, yaitu munculnya kesempatan kerja baru ketika era robotik mulai mendominasi.Â
Seperti yang diungkap dalam studi bahwa otomatisasi akan meningkatkan produktivitas, yang justru membuat roda ekonomi berputar lebih baik. Akan terjadi peningkatan produktivitas yang juga meningkatkan pendapatan di negara berkembang, membaiknya kondisi masyarakat, serta munculnya banyak konsep ekonomi baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya dan tentunya menghasilkan lapangan pekerjaan baru.
Sementara studi yang dilakukan World Economic Forum memperkirakan akan ada 75 juta pekerjaan yang tergantikan oleh robot. Namun angka itu lebih sedikit jika dibandingkan dengan munculnya 133 juta lapangan pekerjaan baru yang menanti di masa depan.Â
Perkiraan ini telah terbukti sekarang dengan munculnya profesi baru seperti data analyst, machine learning specialist, atau big data specialist.Â
Dalam studi McKinsey juga menyatakan bahwa banyak pekerjaan di masa depan yang menuntut kreatifitas, kemampuan emosional, dan kepekaan sosial yang lebih baik.Â
Sedangkan 3 aspek ini relatif sulit dimiliki robot, sehingga menjadi pembeda kualitas yang signifikan antara manusia dan robot/mesin. Dengan kata lain, lapangan pekerjaan di masa depan justru akan lebih terbuka bagi manusia dengan kehadirannya sistem otomatis dan robot.