Dalam perjalanan kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita menjumpai banyak 'pasang surut berbangsa dan bernegara' khusus nya dalam masalah keamanan yang menjadi Ancaman, Hambatan, Tantangan dan Gangguan untuk berjalan nya roda pemerintahan dalam penciptaan kesejahteraan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Dalam perenungan akan semua permasalahan ini kita akan mencoba dari penelahaan dari seluruh sudut pandang terjadinya permasalahan tersebut dengan secara positif untuk kita mau ber-emphati terhadap kejadiaan dari sudut pandang secara keseluruhan permasalahan agar di dapat nilai luhur kemanusiaan dalam cakupan serta pemahaman cara pandang berbangsa dan bernegara dalam PANCASILA serta  hak azasi manusia.
Mari kita melihat nya,:
1. Masalah Daud bereuh di aceh, kita melihat kebersamaan dalam perjuangan sebelum konflik terjadi, bahwa Daud bereuh adalah pejuang di aceh, sudah barang tentu komunikasi pusat daerah seharusnya dalam visi yang "sama" untuk NKRI mengapa terjadi konflik "patah arang" ... ??? tentu pepimpin menerima informasi "ABS dan tidak mengedepan kan tatap muka 4 mata" sehingga nilai kejuangan menjadi "Bara dan Sekam".
2. Masalah kolonel Simbolon dewan gajah di sumatera, kita juga melihat kebersamaan sebelum konflik, kolonel Simbolon adalah pejuang di sumatera, sudah barang tentu komunikasi pusat daerah seharusnya dalam visi yang "sama" untuk NKRI tetapi mengapa terjadi konflik "patah arang" .... ??? kembali tentu pemimpin menerima informasi "ABS dan tidak mengedepankan tatap muka 4 mata" sehingga nilai kejuangan menjadi bias dan menjadi "Bara dan Sekam".
3. Masalah Kahar mudjakar di sulawesi selatan demikian juga gambaran nya.
4. Masalah Kartosuwiryo di pulau jawa juga demikian gambaran nya.
5. Masalah permesta di sulawesi utara demikian pun gambaran nya.
6. Masalah Se'maun di jawa timur demikian juga gambaran nya.
7. Masalah G30S / PKI yang sampai saat ini masih tertutup "awan kelabu" atas siapa, ada apa dan mengapa, semua yang terlibat adalah para pejuang dalam NKRI kembali "ABS dan tidak perduli dengan pemahaman berbangsa dan bernegara dalam PANCASILA sehingga menjadi bias, bara dan sekam".
Semua kejadian saat itu ada dalam kepemimpinan orang dengan "KALIBER SOEKARNO", tapi apa miskomunikasi dan kesimpangsiuran yang dilakukan "PARA PEMBISIK LINGKAR 1" yang meneriak kan bahwa "lingkar 1 sedang di landa ATHG = ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan" sehingga nomor 1 harus membuat "kebijakan bumi hangus pada para pembuat kisruh", saat kebijakan di keluarkan maka patahlah cara pandang berbangsa dan bernegara sesuai PANCASILA yang walaupun si nomor 1 adalah sang pencetus pancasila itu sendiri.