Diperhelatan annual meeting imf/wb di bali oktober 2018 yang baru lalu, Â yang info menyatakan di ikuti oleh 34.000 peserta dan akan menjadi "kesempatan baik" bagi indonesia dalam melihat prespektive ekonomi dunia bagi kepentingan indonesia.
Perang dagang amerika dan china di soroti agar memahami kepentingan anggota dunia lain dalam hal kepentingan negara negara lain, untuk itu di harap baik amerika maupun china "mau meredakan perang dagang tersebut" untuk tidak memicu krisis lebih lanjut.
Jelas sorotan ini bagai "si punguk merindukan bulan". mengapa karena sorotan ini tidak dalam kapasitas "membuat suatu aliansi ekonomi" agar sorotan tadi berdaya guna dalam mendamaikan "perang dagang tersebut"dan mengembalikan keadaan untuk menjadi kondusif. Memang dalam suatu sorotan harus jelas arah dan makna yang di perlukan, walaupun kita juga tahu dan memahami keberadaan imf dan wb terhadap kedua negara amerika dan china.
Tapi kalau memang forum mau mrngangkat kegelisahan dunia yang didalam nya terdapat ratusan negara ya harus tegas dan membumi. Dan jika indonesia mau meng-existensi peran nya sebagai pendiri gerakan non blok sungguh itulah kesempatan nya tapi memang kita harus memahami kapasitas,kredibilitas,kompetensi Indonesia baik ekonomi dan tingkat ketokohan pemimpinnya.
Tapi melihat substansi forum annual meeting imf/wb yang tidak terjangkau itu, hanya untuk mendapat pujian personal oleh statement personal direktur IMF yang menyatakan "ekonomi indonesia baik dan tahan mengahadapi problematika". Â Kalau hanya mensasar statement personal seperti itu sungguh forum itu tak lebih hanya forum "keberuntungan semata" dalam membungkus kesulitan ekonomi Nasional agar terpandang indah di mata publik yang seolah olah indonesia tidak mengalami masalah ekonomi KOO.
MasyaAllah masihkah kita tidak mau memahami makna dari preambule undang-undang dasar 17 Agustus 1945.
