pileg banyak sekali cerita dan berita bahwa caleg memberikan bantuan bisa sarana dan prasarana jalan, alat musik, buat lapangan pilu dan seterusnya.
Pada setiapKalau mau dipenuhi semua ada ratusan permintaan kepada caleg.
Kondisi dimanfaatkan oleh "oknum warga" tokoh pemuda, tokoh masyarakat  agar caleg bisa memenuhi apa yang mereka minta.
Bila satu caleg menolak  pada saat caleg lain datang juga akan ditawarkan hal yang sama.
Kebutuhan akan dukungan membuat kondisi caleg dilematis dan dijadikan komoditas oleh warga.
Jika menolak maka warga dan tokoh akan berbicara yang dulu dulu juga lupa, sekarang mah warga perlu bukti bukan janji.
Tentu tidak semua wilayah sama , ada masyarakatnya yang betul betul Istigomah, ada juga hanya memanpaatkan keadaan.
Membaca situasi ini tidak mudah, bukankah dalamnya hati tak ada yang bisa baca.
Yang kedua biasanya diantara para tokoh masyarakat tidak satu suara, banyaknya datang caleg  kebeberapa tokoh diwilayahnya setempat membuat suara tidak bulat dan kadang bantuan tumpang tindih.
Pada kasus kawan kawan dan saat juga sama, ada caleg PAN dicilenuyi memberikan bantuan lapangan voly dan net, eh ternyata cuman jadi suara 8, coba kita bayangkan yang main voli aja 10.
Oleh sebab itu, saya termasuk yang minim memenuhi permintaan warga, bahkan. Dikomplek permata hijau meminta lapangan voly dicor dengan ketebalan 10 cm yang kalau diuangkan hampir 24 juta.