Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenikmatan Seks Itu (Bukan) Tabu

6 November 2019   07:49 Diperbarui: 6 November 2019   22:47 20709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu bagian terluar relief di kuil Khajuraho, India, yang menunjukkan berbagai bentuk persetubuhan. | Sumber Foto: Unsplash by Utkarsh Singh

Mirip seperti Plato dan ajaran monoteis, Hinduisme percaya atas keberadaan realitas idea dan menempatkannya di posisi adiluhung dalam Moksha.

Yang membedakannya adalah, meski tubuh dan keduniawian bersifat maya, Hinduisme memandang tubuh sebagai pantulan dari realitas idea (Brahman). Paradoks memang, tubuh adalah sesuatu yang profan tetapi juga wadah jiwa tempat Tuhan bersemayam.

Foucault (mengutip sari tulisan Saras Dewi dalam Jurnal Perempuan, 2013) menganggap bahwa aesthetic existence sangat penting untuk membentuk subjek. Realitas harus dipahami dengan cara lain selain rasio. Dengan menyibak dan memahami pengalaman estetis, subjek memaknai dirinya sendiri melalui tubuh.

Seks adalah sesuatu yang alamiah dan seni memahami rasa. Kama Sutra dari Vatsyayana menjelaskan bahwa kenikmatan bukan melulu perihal penetrasi organ vital, tetapi juga perihal penantian, penundaan, hingga permainan erotis.

Lebih jauh, Kama Sutra membahas tentang betapa pentingnya penyatuan dua tubuh. Tubuh pada hakikatnya merasakan kerinduan penyatuan ini.

Namun jangan lupa, Hinduisme mengamini kesadaran tertinggi yang melampaui keindrawian. Sebab, jika kita terlalu tenggelam ke dalam kenikmatan seks dan menganggapnya sebagai suatu tahapan yang final, maka kehancuran akan tiba.

Vatsyayana menulis dalam bagian pengantar Kama Sutra (dikutip dari Saras Dewi):

"Tidak sedikit pula yang dihancurkan, karena membiarkan diri mereka dikuasai oleh nafsu (pradhanyakama)" (Kama Sutra, II.37).

Kita perlu memeriksa ke dalam diri sendiri bahwa kenikmatan yang diwujudkan dari hasrat dan gairah seksual hanya muncul dalam ledakan kecil momentum-momentum yang singkat. Maka, ia tidaklah abadi.

Kama atau rasa ada dalam wilayah tubuh. Rasio ada dalam wilayah idea. Itulah mengapa Vatsyayana memberi peringatan agar manusia selalu wawas diri, jangan sampai menderita karena kehilangan keseimbangan itu.

Membongkar Relasi Kuasa

Saya ingin menyinggung kembali atas dua kasus hukuman pelanggaran seksual di atas. Mungkin ada yang berpendapat, bukankah apa yang dilakukan pemerintah sudah benar dan bagus, pemerintah telah menegakkan hukum tak pandang bulu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun