Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenikmatan Seks Itu (Bukan) Tabu

6 November 2019   07:49 Diperbarui: 6 November 2019   22:47 20709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu bagian terluar relief di kuil Khajuraho, India, yang menunjukkan berbagai bentuk persetubuhan. | Sumber Foto: Unsplash by Utkarsh Singh

Menggelikan? Tentu saja.

Pada abad itu, Ratu Wilhemina yang menguasai Hindia Belanda sama puritannya dengan Ratu Victoria di Inggris--era Victoria termasuk riwayat yang paling gencar menancapkan tabu-tabu seksualitas hingga mendarah-daging di hari ini.

Lalu ada kisah kedua yang tampaknya sudah akrab dibahas dalam literatur kita, yaitu tentang kacamata orientalisme khas Barat dalam memandang Timur.

Pada tahun 1887, seorang pemuda bernama Alexander Cohen merasa tertipu sudah termakan rayuan dari potret-potret telanjang perempuan pribumi Hindia. Gambar-gambar ini dijadikan bahan propaganda untuk menarik pemuda di Belanda agar mau mendaftarkan dirinya sebagai tentara cadangan.

Cohen pun protes. Komentar-komentarnya dimuat di Groninger Weekblad. Menurut Cohen, gambar itu tak seindah surga yang dijanjikan pemerintah. Perempuan dalam potret itu adalah model yang diambil dari prostitusi, dipotret di dalam suatu studio, dan diarahkan oleh fotografer profesional untuk menghasilkan pose-pose ekspresif.

Jika demikian, potret itu jelaslah cermin rekonstruksi kacamata Barat atas ketelanjangan Timur. Barat menerjemahkan tubuh dan alam pikir orang Timur dengan cara yang banal dan mentah.

Anehnya, potret tubuh perempuan Timur bisa membuat mereka "kagum", meski menentang tapi menikmati. Sementara potret tubuh patung Buddha--yang tidak berpose ekspresif nan sensual, bahkan yang merupakan wujud spiritualitas yang seharusnya mampu ditangkap spiritualitas Kristiani--justru harus disensor.

Patung dan relief pada candi-candi di Indonesia menunjukkan bahwa ketelanjangan tubuh bukanlah sesuatu yang baru dan aneh. India, peradaban yang paling mempengaruhi bumi Nusantara, punya kuil Khajuraho yang terkenal dengan pahatan-pahatan patung yang menunjukkan berbagai bentuk persetubuhan.

Banyak yang mengartikan pahatan pada kuil Khajuraho dengan erotisme yang dangkal. Hinduisme juga punya sastra Kama Sutra yang kerap dirujuk sebagai pengetahuan tentang seksualitas--meski sebetulnya masih ada teks atau kitab lain yang membahas seksualitas. Yang luput dari pembaca adalah soal ketimpangan intepretasi sastra Kama yang hanya menitikberatkan pada makna kepuasan birahi belaka

Filsafat Timur, dalam hal ini ajaran Hindu, memang memuja Kama atau gairah cinta yang bersifat keduniawian. Namun yang perlu diingat, Kama hanyalah salah satu jalan menuju ke kesadaran Brahman.

Dalam Hinduisme dikenal Catur Parusarthas atau Empat Tujuan Hidup yang mengidealkan keseimbangan dalam hidup, yaitu Dharma atau kebaikan, Artha atau kesejahteraan materiil, Kama atau cinta dan kepuasan indrawiah, dan Moksha atau pembebasan diri menuju Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun