Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Cleaners", Benang Kusut dan Kerja Suram Moderator Konten Media Sosial

7 Oktober 2019   01:32 Diperbarui: 7 Oktober 2019   18:50 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Cleaners | Foto: sundance.org

Ia bilang, pada dasarnya Facebook adalah perusahaan teknologi yang dijalankan oleh para teknikus; ini tentang produk, tentang infrastruktur, tentang user experience, dan bukan tentang perusahaan media atau content creation atau content editing.

Jadi, ketika orang-orang berseru menuntut pertanggungjawaban Facebook, mereka bisa saja berdalih dengan, "Hei, sistem kami hanyalah algoritma dan perusahaan kami bekerja dengan matematis dan mekanis".

Tapi dalam realita politiknya, kita memperoleh fenomena mengejutkan pada kasus pemilu AS, Filipina, bahkan Brexit, dan negara lainnya seperti Indonesia. Fenomena ini tak bisa disangkal lagi oleh raksasa teknologi semacam Facebook--yang mau tak mau, harus mereka tuntaskan problem serius ini.

Lucunya, para raksasa ini melakukan tindakan blokir IP-Address sesuai permintaan otoritas Turki. Nicole Wong, sebagai mantan petinggi di Silicon Valley, mengakui ini. 

Pers dibungkam oleh pemerintah sementara platform media sosial yang diharapkan bisa menembus keotoriteran tak bisa diandalkan, sebab yang dipikirkan mereka adalah bisnis. Bisnis tetaplah bisnis, yaitu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Nicole Wong bercerita, di masa awalnya bergabung dengan raksasa teknologi ini, ia merasa bangga sebab punya semacam kesamaan "visi kebebasan" pada platform yang tengah mereka bangun. Kebebasan di mana Anda dan kita semua terkoneksi dalam satu data tanpa batasan waktu.

Saya jadi teringat slogan Partai dalam novel 1984. Begini bunyinya:

"Perang ialah damai. Kebebasan ialah perbudakan. Kebodohan ialah kekuatan."

Dunia ciptaan George Orwell semakin tampak mendekati relevansi. Seandainya Orwell masih hidup di era 4.0 ini, mungkinkah ia menulis novel seperti 1984 lagi tapi dalam versi lain? Misalnya diberi judul 2091, begitu? Jika slogan dalam novel Orwell itu mendekati relevansi masa sekarang, lalu siapakah yang jadi "Bung Besar"-nya?

Oh, ya. Kabarnya Facebook membentuk dewan pengawas konten. Fungsinya sebagai pengadilan independen yang akan membuat keputusan untuk konten. Diperkirakan berjalan pada 2020. 

Apakah Facebook dan platform media sosial lainnya akan bahu-membahu memperkuat pers untuk mengecek fakta atau malah menggeser peran pers? Lalu, bagaimana nasib moderator konten--entah yang masih bekerja maupun yang sudah putus kontak dan harus menanggung dampak psikologis sendirian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun