Mohon tunggu...
Rahmad Dede Yufani
Rahmad Dede Yufani Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Suka deadline

Menulis, membaca dan berpergian. Belum memiliki apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemerdekaan untuk Berekspresi, Perlukah?

27 September 2021   11:55 Diperbarui: 2 Januari 2024   13:15 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkadang berpendapat akan memunculkan polemic, karena di pihak lain kemungkinan akan tersinggung oleh suatu pendapat yang dilontarkan orang. 

Setiap orang pasti akan merasa "tersakiti" oleh suatu pendapat, karena itu hak semua orang jadi setiap orang boleh bereaksi. Tetapi, kebanyakan orang melakukan reaksi yang terlalu berlebihan dalam menindak lanjuti hal tersebut dengan presekusi atau lapor ke pihak kepolisian atau bahkan diangkat ke lembaga hukum. 

Bisa disepakti bahwa freedom of speech tidak menutup kemungkinan akan selalu menimbulkan ketersinggungan. Terlepas dari keterjaminannya oleh Negara, freedom of speech masih dipermasalahkan oleh masyarakat sampai sekarang.

Mengapa terdapat implikasi dengan ketersinggungan? Sepertinya kurang lebih sama dengan paragaf ke-tiga. Kemunculan reaksi yang variatif membuat 'penanggung jawab' enggan menanggapi semuannya. 

Padahal reaksi-reaksi tersebut seharusnya bukan menjadi responsibility dari orang yang berpendapat. Entah kenapa masalah ketersinggungan pasti dibesar-besarkan. Menurut saya ini hanya masalah personality saja. Ketimbang mempersalahkan hal tersebut kenapa tidak intropeksi diri saja. 

Terlepas dari kebenaran dan kesalahan seseorang, pasti terdapat miskomunikasi antara kedua belah pihak yang mana hal tersebut pemicu awal konflik. Seseorang berhak sekali berpendapat, tetapi setiap pendapat yang digaungkan pasti memiliki konsekuensi tersendiri yang harus dipertanggung-jawabkan bilamana terdapat kesalahan.

Terakhir mengenai freedom of speech, pasti tidak jauh dari yang namamya hate speech. Hate speech atau biasa disebut ujaran kebencian ini adalah  perkataan atau tulisan atau bahkan tindakan yang berpotensi menyebabkan terjadinya konflik, kekerasan dan prasangka di antara kedua belah pihak yang menjadi pelaku atau korban atas pernyataan atau tindakan tersebut. 

Kaitannya adalah setiap pengutaraan dari orang pasti mengandung unsur kritik dan saran. Untuk kritik sendiri, banyak orang yang menyikapi kritik sebagai 'ujaran kebencian' yang memicu konflik. 

Timbul asumsi dari pendengar yang membuat ricuh kontemporer sebelum orang yang berpendapat melakukan klarifikasi. 

Berpikir positif dan memahami apa yang terjadi memang perlu sebelum berspekulasi. Tindakan-tindakan represif saya kira dikesampingkan dulu, karena itu tidak akan menjamin penyelesaian. 

Berdikusi anatara "teman" dan "lawan' memang perlu adanya untuk mencapai titik terang. Jangan sampai kita membuat 'dinding' untuk mereka yang kita anggap 'lawan'. Berikan mereka 'jembatan' untuk mereka sebagai jalan menuju realitas yang ada.

 

Sincerely

Rahmad Dede Yufani

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun