Mohon tunggu...
Rorry Nurmawati
Rorry Nurmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Freelance writer || I love and passion for photography || If you have any question, please let me know at aslirorry@gmail.com or DM Instagram @ryrorry_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mojospekta, Event Perdana Kota Mojokerto Menuju Kota Pariwisata

25 November 2019   12:15 Diperbarui: 25 November 2019   14:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fasion show pada Festival Mojobatik/dok Humas Pemkot

Kota Mojokerto, dikenal sebagai kota terkecil di Indonesia. Bagaimana tidak, daerah yang menjadi kota penyangga utama bagi Provinsi Jawa Timur ini hanya memiliki tiga wilayah kecamatan saja. Ini artinya, luasan kota yang memiliki 18 kecamatan tersebut cuma 20,21 kilometer persegi.

Kendati demikian, meski terbilang kota kecil, Kota Mojokerto dibawa kepemimpinan Ika Puspitasari memiliki mimpi besar. Sebuah cita-cita seorang pemimpin perempuan pertama  yang ingin mengembalikan masa kejayaan Kerajaan Majapahit di abad 13 silam, dengan kemasan kekinian.

Sejak dilantiknya Ning Ita (sapaan akrab wali kota) pada Desember 2018 lalu, Kota Mojokerto telah mengalami banyak perubahan. Utamanya dalam memajukan kepariwisataan di Kota Onde-onde ini. Serentetan event bergengsi digelar selama kurun waktu 2019 secara meriah.

Parade 1000 meter kain batik/dok Humas Pemkot
Parade 1000 meter kain batik/dok Humas Pemkot
Mulai dari event Mojobangkit, Mojongremo, Festival Sate hingga Mojospekta, merupakan embrio Spirit of Majapahit dalam membangkitkan kejayaan di kota ini. "Kota Mojokerto itu kecil, tapi bagaimana kota kecil ini bisa moncer layaknya Kerajaan Majapahit jaman dulu," imbuhnya.

Ning Ita mengaku, ingin mengenalkan Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata yang dikenal dengan kekhasannya, yakni Majapahit. Melalui identitas tersebut, ia yakin kota Mojokerto nantinya tak hanya dikenal sebagai kota penghasil sandal, sepatu dan onde-onde saja.

Melainkan, seni serta budaya yang diwariskan bisa membawa kemajuan dan kemakmuran. Untuk itu, Ning Ita selalu mengajak dan menggandeng masyarakat dalam setiap pagelaran apapun. Terbukti, antusias masyarakat yang turut andil didalamnya tak sekedar hitungan jari, melainkan ribuan orang.

Penampilan Jenita Janet saat malam puncak Mojospekta/dok Humas Pemkot
Penampilan Jenita Janet saat malam puncak Mojospekta/dok Humas Pemkot
Mojospekta misalnya. Event bergengsi yang mengahdirkan artis ibu kota Jenita Janet tersebut digelar selama lima hari sejak 20-24 November. Dengan mengambil tema 'Sepasar Nyang Kutho Mojokerto' ini, tak sekedar event biasa. Namun, Pemerintah Kota mengemasnya secara apik dengan menonjolkan kekhasan Mojopahit-nya.

Serangkaian kegiatan Mojospekta 2019 tersebut, meliputi Mojobatik, drama kolosal Mojopahit Babagan 1 dan Parade 1000 meter kain batik. Untuk kegiatan Mojobatik, Ning Ita secara khusus menghadirkan para desainer kondang yang telah melejit namanya di kancah nasional hingga internasional.

Desainer Diana Couture saat menampilkan mahakarya-nya pada Festival Mojobatik/dok Humas Pemkot
Desainer Diana Couture saat menampilkan mahakarya-nya pada Festival Mojobatik/dok Humas Pemkot
Tiga desainer tersebut adalah Dwiko Iskandar, Irma Lumiga dan Diana Mulyono Putri asli warga Kota Mojokerto atau lebih dikenal Diana Couture. Ketiga desainer tersebut, berkolaborasi menyumbangkan kreatifitasnya dalam mengelola motif Sisik Grinsing pada Festival Mojobatik 2019.

Desainer Dwiko Iskandar mengusung tema batik Sisik Grinsing Berudeng dengan konsep casual elegan. Irma Lumiga, menonjolkan kreatifitasnya melalui putri Majapahit Tri Bhuana Tunggadewi. Sedangkan, Diana Couture, membawa mahakarya-nya yang dimenangkan dalam award best designer di New York Fasion Week, yakni Burung Garuda.

Arumi Bachsin (kiri) bersama Ning Ita saat menjadi model dadakan pada Festival Mojobatik/dok Humas Pemkot
Arumi Bachsin (kiri) bersama Ning Ita saat menjadi model dadakan pada Festival Mojobatik/dok Humas Pemkot
Pada malam puncak Mojospekta, Pemerintah Kota tak hanya menampilkan Jenita Janet sebagai pemanis. Melainkan, ada aksi memukau dari Ketua Umum Dekranasda Provinsi Jawa Timur Arumi Bachsin Emil Dardak dan Ning Ita, sebagai model dadakan pada Festival Mojobatik.

"Melalui motif Sisik Grinsing ini, ada doa untuk warga Mojokerto. Dan melalui Festival Mojobatik, kami ingin mengangkat potensi pembatik agar lebih sukses di level nasional bahkan internasional, sehingga tak hanya sukses di level lokal saja," imbuhnya.

Sedangkan sebagai penutup event perdana Pemerintah Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata, ada drama Kolosal Mojopahit Babagan 1 dan pembentangan 1000 meter kain batik pada Parade Batik. Dua acara ini, dimeriahkan sedikitnya 5000 orang dari berbagai unsur masyarakat di Kota Mojokerto.

Drama kolosal Mojopahit Babagan 1/dok Humas Pemkot
Drama kolosal Mojopahit Babagan 1/dok Humas Pemkot
Drama kolosal Mojopahit Babagan 1, menceritakan tentang dinobatkannya Pangeran Wijaya sebagai raja di Kerajaan Majapahit, dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka atau bertepatan dengan tanggal 12 november 1293.

Usai penampilan drama yang dimusikalisasi oleh Memet Chairul Slamet, ratusan orang telah siap membentangkan kain batik sepanjang 1000 meter. Kain batik dengan 120 motif berbeda ini,  diberangkatkan dari Gelora A Yani, Magersari menuju Alun - alun Kota Mojokerto, Prajurit Kulon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun