Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita di Suriah dan Alasan Pak Menteri Agama soal Cadar

20 November 2019   19:48 Diperbarui: 21 November 2019   10:01 3486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dream.co.id

September 2015, sekitar 200 kilometer menuju perbatasan Deir Az-Zhor, Suriah Timur, sebelum kami terjebak 20 jam akibat pemblokiran jalan oleh HT (baca di sini). 

Kami bergerak menggunakan pesawat dari Doha, Qatar menuju Bandara Erbil di Irak. Dari Erbil kami naik mobil menuju Mosul, Irak Utara untuk ganti mobil jeep buatan Amerika tahun 1986 tipe Defender, dan bergerak 7 jam menuju kawasan ladang gas Raqqa, di Suriah Timur.

Kami harus berganti mobil, karena tidak ada satupun penerbangan yang dizinkan mendarat di Damaskus, Suriah.

Sebetulnya bisa saja kami langsung ke Raqqa dengan melintasi Suriah Utara melewati desa kuno Tell Beydar, tapi kami lewat tengah karena menghindari isu bahwa tentara ISIS sedang bergerak ke utara. Tapi justru di area tengahlah mobil kami di berhentikan.

Mobil kami diberhentikan tepat di minimarket setelah menyebrangi sungai Al Khabur oleh tiga orang wanita yang semuanya memakai Burqa hitam hingga menutupi mata kaki. Mereka tidak berbicara, hanya memberi isyarat meminta kartu pengenal. Saya berikan KTP Indonesia dan passport, diikuti oleh kawan saya. 

Setelah beberapa saat, mereka memberi isyarat kedua tangan ke dada mereka lalu ke dada saya. Kata kawan saya yang asal Oman, itu artinya kita "seiman", entahlah, saya yes yes saja.

Oh, mungkin karena di KTP dan Passport saya bertuliskan Islam. Okelah, saya lalu bertanya kepada para wanita tadi kemana ingin pergi, kami bisa berikan mereka tumpangan, kebetulan mobil petualang ini cukup besar untuk tambahan tiga wanita. 

Tapi mereka menolak, entah apa alasannya karena mereka tidak berbicara apapun, hanya isyarat melalui tangannya yang juga dibungkus kaus tangan hitam. Ada yang aneh bagi saya, tapi entah apa. Dan sebelum pergi saya sempat melihat tong besar hijau di belakang mereka yang ikat tali, dan tali itu dipegang terus oleh salah satu wanita berburqa yang sedari tadi hanya diam.

Kami pun melanjutkan perjalanan hingga kilo 30 sebelum sungai Eufrat yang legendaris, lalu kami tinggalkan mobil di sebuah rumah yang pemiliknya sudah kenal baik dengan salah seorang rekan kami. Alasannya, agar mobil tidak tersandera di dalam Suriah setelah perbatasan, jika ada apa-apa kita bisa lari atau menggunakan taksi atau mobil tumpangan saja.

Dari situ kami melanjutkan naik taksi hingga Deir Az-Zhor dimana kami akhirnya terjebak 20 jam. Persis setelah sang supir taksi mengira saya orang Filipino, kami mendapat kabar bahwa tentara pemerintah Bashar Al Assad di tembak mati di pinggir jalan. Tepatnya di pinggir minimarket dekat sungai Al Khabur.

Lho, itukan tempat saya diberhentikan oleh wanita berburqa tadi? Usut punya usut, ternyata wanita berburqa tadi bukanlah wanita, tapi tentara ISIS yang menyamar, dan mereka laki-laki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun