Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Sukmawati Menista Agama? Atau Hanya Satire Belaka?

19 November 2019   20:47 Diperbarui: 19 November 2019   21:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, satir bahagia berbalut sindiran cerdas sudah tak dimaknai lagi dengan pikiran, tapi dengan emosi semata. 

Hal yang sebetulnya terjadi juga di era cerita Abu Nawas dimana cerita Abu Nawas masuk kedalam kumpulan cerita dongeng Alfu Lailatin wa Lailah atau terkenal dengan dongeng Seribu Satu Malam yang banyak bercerita tentang latar belakang kehidupan di Persia dan India baik sebelum masuknya Islam maupun di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid, dongeng tersebut lalu dialihbahasakan ke bahasa Arab pada abad ke-3 hijriah.

Yang namanya dongeng, ya dongeng, tidak ada fakta disitu, sehingga dongeng Seribu Satu Malam oleh para ulama dianggap buku sesat, oleh Ibnu Nadim dalam Al-Fahrosat dianggap buku yang penuh kedunguan dan kejelekan. 

Beberapa ulama bahkan men-tahdzir (memperingati) buku tersebut dan melarang (haram) umat untuk membacanya.

Barulah awal abad ke-18 dongeng Seribu Satu Malam berkembang pesat. Dan salah satu yang diyakini oleh para ahli sastra adalah cerita Seribu Satu Malam banyak menyindir Pemerintahan pada masa itu sehingga muncul pelarangan bahkan pembredelan. Seperti cerita Abu Nawas yang kerap menyindir sifat Khalifah Harun Al-Rasyid sebagai raja.

Bagaimanapun sindiran satir di dalam dongeng ala Aladdin atau Abu Nawas tidak bisa diterima semua pihak. Begitupun humor Rusia.

Jika humor Rusia diatas di artikan secara harfiah, maka humor tersebut tentu menyinggung orang Kristen atau Islam, karena Adam dan Eva (Hawa dalam versi Arab) adalah manusia pertama sekaligus Nabi pertama. Mengapa menyamakan Nabi Adam dengan orang Soviet?

Nabi Adam yang mulia tidak layak disandingkan dengan orang Soviet yang non Muslim, apalagi menyamakan sifat Nabi Adam yang di gambarkan sebagai orang yang santai, meskipun miskin tapi tetap merasa di surga. 

Atau gambaran versi Perancis yang tak lain bahwa Nabi Adam suka berjalan-jalan dengan wanita tanpa busana (zina = penistaan).

Tapi apakah hingga sedemikian interprestasi kita terhadap sesuatu yang berbau agama?

Padahal jika dicerna baik dalam cerita Seribu Satu Malam maupun humor Rusia, tidak ada satupun yang berbicara dalam konteks agama. Semua adalah sindiran terhadap seseorang / tokoh / partai / sifat bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun