Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menguak "Arab Spring-Indonesia" dan Jejak Radikalisme

15 Januari 2019   12:06 Diperbarui: 15 Januari 2019   12:10 4852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: http://www.aljazeera.com

Banna mendirikan IM bersama 6 orang kawannya. Militansi anggota IM yang pro-Palestina membuat nama IM berkibar, dari yang semula hanya 800 orang di tahun 1936, naik menjadi 200.000 orang di tahun yang sama. Konsep IM adalah memulai dakwah dari akar rumput. IM menjemput bola ke kampus-kampus dengan membuat sistem Tarbiyah.

Nah, yang khas dari IM adalah IM tidak mengharamkan politik dan demokrasi. Menurut Banna, tidak masalah umat Islam menerima sistem demokrasi dan nasionalisme, yang penting kehidupan syariat Islam berjalan dalam suatu negara. IM menurut Banna justru harus masuk ke lingkup politik, masuk secara intelektual.

Ini bertentangan dengan Taqiuddin Nabhani, seorang pentolan IM, yang tergabung dalam faksi garis keras di dalam tubuh IM, dinamakan Tandhimul Jihad. Tandhimul Jihad ini ikut perang, dan dilakukan doktrin-doktrin ala jihadis radikal pada umumnya.

Nah, Taqiuddin berpendapat kekalahan dunia Arab karena mereka mentolerir adanya sistem demokrasi dan nasionalisme. Menurut Taqiuddin, sistem demokrasi adalah sistem pemerintahan yang Taghut. Bukan sistem Khilafah yang murni. Karena berbeda pendapat inilah maka Taqiuddin keluar dan mendirikan kelompok sendiri, bernama Hizbut Tahrir (HT).

Berbeda dengan Hizbut Tahrir, IM memadukan pengetahuan dasar Islam dengan sistem politik yang cair, hal ini dilakukan bertahun-tahun lamanya, sehingga memiliki basis massa dan organisasi yang kuat. Percobaan pertama adalah Tunisia, dan berhasil.

Pengaruh IM semakin merajalela, mereka juga mendompleng kepentingan Amerika di situ. Seperti di Mesir. Amerika memiliki kepentingan soal pinjaman uang, dan itu hanya bisa dilakukan jika ekonomi Mesir dalam kondisi terpuruk, ekonomi bisa dihancurkan dengan cara politik. Maka Husni Mubarak harus turun.

Lantas apakah Daulah Islamiyah diterapkan di negara yang mereka kuasai? Tidak juga, ini karena sistem IM masih mentolerir sistem demokrasi. Tidak seperti HT yang radikal dan tidak mau menerima paham yang lain, akibatnya, HT dimusuhi di seluruh dunia, bahkan di Timur Tengah sendiri.

Mengapa Indonesia?

Pertama, Indonesia kaya sumber daya alam. Kedua, Indonesia memiliki basis massa Islam paling banyak. Ketiga, mudah disusupi karena rasa empati yang tinggi.

Bagi kelompok jihadis ekstrim di Timur Tengah, Indonesia adalah ladang subur bagi tumbuhnya faham radikal. ISIS butuh tambahan tenaga di Suriah, mereka juga butuh sumber daya alam yang banyak, HT butuh realisasi cita-cita dan IM butuh eksistensi di dunia. Indonesia memenuhi syarat untuk itu semua.

Tapi itu tidak mungkin jika Orba masih berkuasa sehingga sama seperti negara lain, kelompok radikal menunggu waktu yang pas untuk berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun