Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Ancaman Nyata Jokowi, Ketika PSI dan Emak-emak Bersatu

17 Desember 2018   16:27 Diperbarui: 18 Desember 2018   09:49 2074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grace Natalie dan Isyana Bagoes Oka (Foto: TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Apa yang ada di pikiranmu ketika partainya jeung Grace Natalie mendeklarasikan menolak Poligami? Biasanya adalah "Ah namanya juga perempuan", komentar klasik nan-seksis yang tak pernah hilang dari dunia.

Ya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memang dikomando oleh beberapa wanita sebagai penggerak mesin partai. PSI yang galak, berani dan sedikit provokatif --juga sedikit banyak mewakili kaum emak-emak di Indonesia. Grace adalah seorang emak, Isyana Bagoes Oka adalah seorang emak, Nova Rini juga emak, Suci Mayang Sari sang bendahara pun demikian.

Emak-emak di manapun sama: kalau sudah berkemauan, kalian mau apa?

Jika ada emak-emak naik motor matic dia sein ke kanan lalu belok ke kiri, dan kamu yang lagi naik motor di belakang jadi kepleset, apa lantas kamu mau marah? Bisa-bisa kamu yang dilabrak sama mereka. Polisi saja harus mengalah hanya karena mereka dilabrak balik oleh emak-emak. Padahal si emak yang melanggar lalu-lintas.

Andai Gorgom tidak dihabisi oleh Ksatria Baja Hitam, niscaya Gorgom pun akan bertekuk lutut di hadapan emak-emak. Dan saya percaya, kenapa Dajjal sibuk menyebar fitnah sambil "sembunyi" dan bukannya muncul langsung? Karena kekuatan emak-emak di dunia, percayalah.

Dengan kekuatan emak-emak yang sebesar itu, wajar jika dipakai oleh Cawapres Sandiaga Uno untuk berkampanye. "Kata emak anu, seratus ribu cuma bisa beli anu dan nganu". Lain tempat, lain pula emak-emak. "Kata emak nganu, di sana sepuluh ribu cuma bisa beli karet gelang". Padahal karet gelang sekardus.

Itulah kekuatan emak-emak. Sandi paham betul, siapa yang mau berdebat dengan emak-emak? Kalau emak sudah bilang mahal ya mahal. Jokowi pun menyambut langsung, sebagai Kepala Negara yang baik beliau bertanya juga kepada emak-emak yang lain, dan dijawab "harga masih normal". Nah lhoo bagaimana ini, Fernando?

Jadi faktanya, perang Pilpres 2019 adalah perang antar emak-emak. Sekarang siapa ekonom kelas wahid yang mampu membendung Sri Mulyani ketika beliau sedang on fire? Atau sekedar mengkritik Susi Pudjiastuti soal laut? Justru yang pernah merasakan gempuran bu Susi di twitter adalah Sandiaga sendiri. Untung Sandiaga tidak ditenggelamkan.

Sandiaga yang sering membawa emak-emak di dalam kampanye mungkin lupa, Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti adalah emak-emak tulen di balik kecerdasan mereka. Sandi jelas cari masalah.

Bahkan emak-emak sakti semacam Ratna Sarumpaet pun hanya kalah oleh dirinya sendiri. Sebelum kasus hoaks, Ratna tidak terbendung. Ahok pun mati kutu ketika berdebat di televisi tentang penggusuran. Bukan logika Ahok yang salah, bukan, tapi kekuatan gempuran Ratna-lah yang lebih hebat. Pun begitu dengan sepak terjang Neno Warisman. Jadi pahamkan kenapa pilot Lion Air memberi izin untuk jeung Neno ngomong di pesawat?

Jadi, isu seksis sekarang bergeser. Wanita bukan lagi objek, tapi subjek. Mereka penggerak, bukan digerakkan. Namun, sehebat apapun wanita, mereka tetap punya prinsip. Mereka sadar dari dalam diri wanita sendiri tak ada yang namanya mau dimadu. Titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun