Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Alasan Mengapa Pendukung Jokowi Kurang Greget

11 Desember 2018   20:19 Diperbarui: 12 Desember 2018   08:47 7852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi| Kompas.com/Roderick Adrian Mozes

Dan kita harus bisa bedakan permainan kata dari Jokowi dan ucapan ala Prabowo. Dari beberapa kata-kata yang tak perlu diedit, Prabowo mencitrakan dirinya adalah orang yang mudah merendahkan pihak lain, sindiran terhadap wajah Boyolali, Ojek Online dll. 

Ejekan kepada Prabowo adalah keisengan dan sentilan pro Jokowi untuk meng-eksplore Prabowo secara lebih dalam.

Dan seperti diduga, justru Prabowolah yang tidak bisa menguasai diri. Bahkan Prabowo secara gamblang murka terhadap wartawan yang tidak menjadikan Headline aksi reuni 212. 

Tanpa diedit pun, Prabowo seperti kalap, kata-kata "saya" yang lebih pantas diucapkan oleh Calon Presiden, berubah menjadi "gue", kesantunan hilang, berganti luapan emosi.

Padahal tidak ada satupun seorang Presiden di negeri ini yang tidak "cool". Semarah-marahnya SBY, selalu dalam kontrol intonasi yang tepat. Juga Presiden yang lain.

Ada kondisi-kondisi tertentu bahkan yang seharusnya membuat Jokowi berang. Fitnah Obor Rakyat, fitnah komunis bahkan fitnah tentang siapa orangtua Jokowi. Jika saya jadi Jokowi, mungkin si pemfitnah tidak akan selamat.

Kondisi di atas berkategori fitnah yang sangat kejam, sangat murahan. Tapi itupun bisa diatasi Jokowi tanpa konflik berarti. Perlahan tapi pasti Jokowi membuat klarifikasi secara logis, termasuk keterlibatan dirinya di partai komunis era '60-an padahal dirinya saat itu masih balita.

Gerakan Jokowi yang kalem namun pasti membuat kubu Prabowo blingsatan, selain Prabowo sendiri yang seperti lose control, juga Fadli Zon yang justru lebih sibuk membuat puisi ketimbang kerjanya sendiri. 

Bahkan kubu oposisi meleburkan tekad untuk memindahkan poros kekuatan di Jawa Tengah. Basis petahana. Ini sama saja strategi ketika Jerman menyerang Uni Soviet secara langsung di Stalingrad. Butuh biaya besar, medan berliku, suhu yang tidak diprediksi dan hasilnya? Jerman kalah telak.

Bahkan La Nyalla baru-baru saja mengakui bahwa dirinyalah yang memfitnah Jokowi via Obor Rakyat pada Pilpres 2014 lalu dan menyebarkan Obor Rakyat di Jawa Timur. Bagi kubu Prabowo, ini jelas pukulan telak, artinya kubu Prabowo mengakui bahwa strategi fitnah adalah benar adanya.

Dengan kata lain, Firehose of Falsehood nyaris tidak mempan diarahkan ke Jokowi. Sulit memang menyerang sosok yang tenang. Seperti Soeharto, sulit untuk menyerang Soeharto jika tidak karena krisis moneter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun