Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Sudah Layakkah Lion Air Dicabut Izin Terbangnya?

3 November 2018   11:38 Diperbarui: 3 November 2018   13:22 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi kan susah, Lion dekat dengan pemerintah a.k.a penguasa, om?

Yang namanya pengusaha, seperti pemilik Lion wajib fardu kifayah nempel terus dengan pemerintah, di negara manapun, sejak kapan pun. 

Dekat dengan pemerintah bukan cuma dengan Indonesia. Ketika di tahun 2011, Rusdi Kirana, pemilik Lion Air membeli 230 unit Boeing 737 yang ditandatangani di Bali ketika KTT APEC, yang langsung disaksikan oleh Barack Obama, Presiden Amerika Serikat kala itu. 

Obama bahkan menyebut Rusdi dan Lion Group sebagai penggerak ekonomi Amerika yang sedang krisis.

Dua tahun kemudian, Rusdi Kirana kembali membuat geger dunia, kali ini Prancis. Di Paris tepatnya di Palais de l'Elysee, Istana megah yang dibangun tahun 1722. Rusdi Kirana disambut hangat oleh Presiden Prancis Francois Gerard Georges Nicolas Hollande.

Sama dengan Obama, Hollande menyebut Rusdi Kirana sebagai penyelamat ekonomi Prancis dengan pembelian 234 unit pesawat Airbus senilai Rp 230,4 triliun. Gokil kan?

Rusdi Kirana memang sosok yang hebat. Tidak heran jika menjadi Dewan Pertimbangan Presiden di zaman Jokowi. Efek domino antara Amerika-Indonesia dan Prancis-Indonesia sungguh besar. So, mau ganti Presiden pun, Lion tetap aman.

Tapi dengan kasus besar Lion Air yang penuh dengan drama, sudah saatnya konsumen berteriak lantang, pemerintah tak bisa lagi dijadikan bemper pemilik Lion. 

Izin Lion sudah layak untuk dicabut, Lion diinvestigasi penuh oleh ICAO (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) bahkan kalau perlu BPK untuk pemeriksaan keuangan terkait keanehan gaji pilot yang dilaporkan ke BPJS. Jangan-jangan bukan cuma 1 pilot saja?

Punishment terbaik adalah dari konsumen. YLKI entah mengapa seperti tidak ada taringnya: standar dan normatif. Konsumen harus dilindungi, daripada boikot Sari Roti yang tidak jelas dasarnya?

Tapi saya kembali tidak mau beropini yang terlalu jauh, banyak hikmah yang bisa saya ambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun