Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kita Hidup di Zaman Lady Gaga, Awkarin dan Agus

31 Oktober 2016   07:02 Diperbarui: 31 Oktober 2016   15:37 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://memeburn.com/

Siapa penyebar transformasi ini? Tentu saja sosial media, jika seorang Lady Gaga membutuhkan sebuah media bernama panggung, maka sekarang seorang Awkarin hanya butuh jempol dan gadget untuk berubah.

Semua butuh pengakuan, teman saya di atas sudah diakui oleh kaum alim sebagai bentuk dari hijrah, Gaga dan Awkarin pun diakui oleh netizen sebagai simbol kebebasan, simbol yang muncul ratusan tahun lalu dan selalu muncul di setiap zaman. Namun kali ini beda, simbol ini menyebar dengan lebih cepat.

Jika Minke oleh Pramoedya digambarkan sebagai sosok perlawanan terhadap kemapanan feodal dan Sex Pistols adalah perlawanan terhadap kaum kaya. Maka kali ini muncul gerakan perlawanan terhadap kemapanan hirearki.

Anak harus mengikuti kemauan orangtuanya, anak harus menjadi seperti yang diminta bapak ibunya, anak harus menjadi tauladan, pintar disekolah dan hal preketek lainnya, itu sudah tidak laku.

Gen Z  mengubah semua itu, itupula yang menjadi pertimbangan saya ketika melihat sosok Agus Yudhoyono yang tiba-tiba loncat dari panggung kampanye untuk melakukan stage drive kearah penonton, apakah Agus saat itu berpikir bahwa dia sekeren Kurt Cobain?

Saya jadi beropini, jangan-jangan Agus ini tidak dicalonkan oleh Demokrat, malah justru mencalonkan diri. Jangan-jangan memang  keinginan dalam dirinya bukan menjadi tentara atau politikus, tapi justru ingin menjadi rocker? Pilkada menjadi momen dirinya untuk "memberontak", biarlah tidak menjadi rocker, yang penting saya ada di panggung, kira-kira kan gitu.

Disini, Rene Descrates harus rela ilmu filsafatnya tergeser oleh tombol like dan share, cogito ergo sum sudah berubah menjadi ego actum ergo sum, atau "saya bertindak, maka saya ada".

Itulah filosofi gen Z, dan ini yang coba di serap oleh seorang Agus Yudhoyono demi simpatisan kaum muda, jadi ketika dia berada dipanggung seketika itu pula naluri rockernya muncul, maka keluarlah "inner" sang Agus dan loncatlah dia. Dengan meloncat kira-kira pesannya begini: Hei bro! inilah aku!

Cek, berapa like dan share yang muncul? Rene, sorry to say, you lose..

Dari situ saya lagi membayangkan, bahwa antara tulisan ini dan tulisan saya yang sebelumnya disini ada kaitan erat. Ketika Agus meloncat, bisa jadi di seberang sana ada seorang Awkarin dan aw-aw yang lain sedang menatap layar smartphone sambil terkesima.

It was me!..awww

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun