Mohon tunggu...
Ryenfo BayuEka
Ryenfo BayuEka Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa semester akhir yang sedang belajar untuk menulis artikel tentang film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Waria dalam Film Pretty Boys

9 Januari 2021   17:58 Diperbarui: 9 Januari 2021   18:03 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membahas mengenai Waria, erat kaitanya dengan identitas gender seseorang. Waria merupakan representasi antara maskulinitas dan femininitas, dimana seorang waria memiliki dua identitas gender. Waria selalu di artikan dengan seorang laki-laki yang menyerupai perumpuan atas dasar dorongan internal pada dirinya. Namun tak sedikit pula yang menjadi seorang waria karena desakan ekonomi. 

Akan tetapi kenapa orang rela menjadi waria ? atas dasar apa seseoorang memilih untuk merubah identitas gendernya. Dalam film Pretty Boys yang di sutradarai oleh penyanyi, dokter dan juga aktor ternama Tompi, dan dibintangi oleh Desta Mahendra (Rahmat) dan Vincent Rompies (Anugrah). Film ini berhasil menunjukan alasan orang menjadi seorang waria.

Anugrah (Vincent Rompies) dan Rahmat (Desta Mahendra),adalah seorang yang berasal dari sebuah kampung. Mereka berdua bersahabat sejak kecil dan memiliki cita-cita yang sama yaitu menjadi artis atau pembawa acara di televisi. Hariharinya selalu berbicara didepan teman-temannya layaknya seorang presenter yang sedang perform di depan kamera. Akan tetapi Anugrah selalu ditentang oleh Ayanhnya Jono(Roy Marten) yang tidak setuju kalo Anugrah menjadi seorang Artis karena banyak hal negatif.

Dorongan untuk terus mewujudkan cita citanya sangat besar yang dipengaruhi juga oleh sahabatnya yaitu Rahmat. Sampai suatu hari ketika mereka beranjak dewasa mereka memutuskan untuk pergi ke Jakarta dengan harapan dapat menjadi seorang selebriti. 

Suatu hari mereka bertemu Roni ( Onadio Leonardo) dan Mas Bayu (Imam Darto), koordinator penonton bayaran yang kemayu. Mereka di ajak untuk menjadi penonton bayaran di sebuah program acara televisi yang di pandu oleh Coco (Ferry Maryadi), yang bertingkah kemayu. 

Anugrah ditunjuk sebagai perserta quis untuk maju kedepan panggung dengan gaya seheboh mungkin, awalnya ragu tapi kemudian Anugrah menjadi sosok yang berbeda layaknya laki-laki yang kemayu dan mengajak Rahmat temannya untuk maju kedepan, dan keduanya membuat heboh satu studio dengan tingkah kemayu mereka.

Sampai pada akhirnya mereka direkrut oleh program acara tersebut menjadi co host dalam acara tersebut, namun dengan penampilan menyerupai perempuan/waria. Awalnya Anugrah menolak, tapi karena desakan dari Rahmat dan keingin untuk menunjukan kepada ayahnya akan kesusksean Anugrah di dunia perterleviasian. 

Kemudian mereka mendapat kesempatan untuk menjadi host utama setelah Coco mengundurkan diri dari acara tersebut. Dengan penampilan kewanitaan dan kemayuan mereka menghibur semua penonton. Akan tetapi Anugrah merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya yang menuntutnya menjadi seorang waria, namun Rahmat sangat menikmatinya karena dapat menghasilkan uang banyak dan hidup berfoya-foya.

Kesenagan itu tidak berlangsung lama, mereka dihadapkan pada perselisihan beda pendapat antara Anugrah yang ingin berhenti yang merasa harga dirinya telah hilang dan memalukan ayahnya, sementara Rahmat yang masih nyaman dengan keadaan ssaat itu. Mereka pun berkelahi dan Anugrah memutuskan untuk keluar.

Anugrah bertemu dengan seorang waria (Tora Sudiro) yang ternyata juga menjadi seorang waria untuk nafkahi anak dan istrinya dirumah. Rahmat pun di pecat oleh direktur tv tersebut dan semua asset yang mereka miliki disita. Anugrah memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya meninggalkan Rahmat.

Setelah pulang kampung Anugrah merasa bersalah ketika meninggalkan sahabatnya Rahmat sendirian di Jakarta. Dengan sigap Anugrah bergegas untuk menyusul Rahmat, namun ternyata Rahmat sudah pulang kampung menyusul Anugrah. Akhirnya mereka bertemu dan saling meminta maaf dan memutuskan untuk membuat program acara di youtube sesuai dengan keinginan mereka berdua tanpa terikat untuk menjadi seorang waria kembali.

https://womantalk.com/
https://womantalk.com/

Dalam Film Pretty Boys waria digambarkan sebagai bahan lelucon dan bahan hiburan untuk orang-orang. Waria tidak ditonjolkan sebagai kondisi psikologis yang feminim, tapi di gambarkan sebagai suatu profesi. Banyak orang melakukan berbagai cara agar viral atau terkenal, entah itu dengan menjadi kemayu, berpenampilan perempuan atau nyeleh, berprilaku nyeleneh, membuat konten yang merugikan orang, dan semua itu hanya sebagai batu loncatan mereka untuk menjadi terkenal dan bisa memperoleh banyak uang. 

Waria di Indonesia mulai muncul di acara-acara televisi maupun pada film Indonesia sudah cukup lama. Detara Prastyphylia artikelnya berjudul "silahkan waria, tapi buat kami tertawa" mencatat bahwa waria dijadikan bahan lelucon pada tahun 1979, oleh Tessy pelawak Srimulat yang sering tampil dengan riasan dan pakaian layaknya perempuan untuk melawak.

Dita Anggrahinita Yusanta dalam artikel berjudul Fluiditas Maskulinitas dan Feminitas dalam Boyband K-Pop sebagai Produk Industri Budaya dimuat dalam Kafa'ah Journal No.2 Vol.9 tahun 2019, Konstruksi media terhadap laki-laki telah mengalami perubahan. Jika dahulu laki-laki cenderung ditampilkan sebagai sebagai sosok maskulin yang macho dan pemberani, namun saat ini tidak selalu demikian. Khususnya citra yang ditampilkan oleh boyband K-Pop. Boyband K-Pop mengusung konsep fluiditas yaitu penggabungan antara dua gender, maskulin dan feminine. 

Film selalu membentuk dan  mempengaruhi masyarakat berdasarkan pesan di dalamnya dan tanpa berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul pada perspektif tersebut didasarkan atas argumen bahwa filmmerupakan potret dari masyarakat dimana film tersebut dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian merepresentasikan ke dalam layar (Irwanto dalam Sobur, 2013:127).

Dari penjelasan di atas kita tahu bahwa Representasi Waria dalam Film Pretty Boys adalah sebuah gambaran kejadian yang nyata dan berkembang di dunia industri film dan televisi, dimana waria dijadikan sebagai bahan lucu-lucuan atau bahan tertawaan, namun disisi lain waria juga di gambarkan sebagai profesi untuk mencari nafkah. Pada akhirnya waria hanya dijadikan bahan pelengkap saja dan representasinya tergantung pada sudaut pandangnya.

Ryenfo Bayu Eka Setia, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun