Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Empat Hal yang Akan Terjadi Andai Jokowi dan Prabowo Berpasangan di Pilpres 2019

25 Juli 2018   10:46 Diperbarui: 30 Juli 2018   21:34 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Kamis (19/7) merilis hasil survei yang menyatakan Prabowo memimpin persentase calon wakil presiden yang paling tepat mendampingi Jokowi. Prabowo mendapat 12,7%, paling tinggi di antara tokoh lain seperti Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, AHY, dan Jusuf Kalla.

Hasil survei LIPI bisa dikatakan sangat mengejutkan, mengingat Jokowi dan Prabowo adalah dua tokoh yang berseberangan dan bersaing sejak pilpres 2014. Di pilpres 2019, sampai detik ini, mereka diproyeksikan tetap akan memperebutkan posisi RI 1.

Mengingat dinamisnya dunia politik, hal yang seolah tampak mustahil bisa saja tiba-tiba terjadi dan menjadi kenyataan. Demikian juga bersatunya Jokowi -- Prabowo. Tema ini akan sangat menarik kita tunggu perkembangannya.

***

Walau mempunyai pilihan, saya pribadi tak pernah ikut dalam kubu Jokowi maupun Prabowo. Oleh karenanya, saya tidak berkepentingan untuk mendukung salah satu dari keduanya. Maka sejak jauh hari, sebelum LIPI merilis hasil survei, saya telah berandai-andai Jokowi dan Prabowo akan berpasangan di pilpres. Jika memang benar mereka dapat bersatu, maka akan melahirkan posibilitas yang patut dikaji bersama.

Kemungkinan pertama jika mereka bersatu, akan melahirkan pemandangan yang sangat elok bagi Indonesia secara keseluruhan. Nuansa perpecahan yang muncul sejak pilpres 2014 niscaya akan luruh, berganti dengan harmonisnya kita sebagai bangsa.

Tidak terbantahkan, pilpres 2014 yang hanya hadirkan dua pasang kontestan memunculkan polarisasi yang belum sembuh hingga kini. Kubu-kubuan masih terasa dan terbaca di perdebatan antar akun media sosial. Netizen mati-matian membela masing-masing idolanya. Bermedia sosial menjadi hal yang tidak lagi sama sejak saat itu.

Di media sosial, dimana sebelumnya kita bisa bergaul secara virtual, saling berbagi informasi, dan bertegur sapa, mulai 2014 menjadi bentuk yang benar-benar berbeda. Di sana yang ada di tiap harinya selalu kebencian dan saling serang. Saling caci dan fitnah tak terelakkan.

Di dunia nyata pun setali tiga uang. Di antara saudara sekandung bermusuhan dan tak bertegur sapa hanya karena berbeda pilihan. Bahkan terberitakan, sepasang suami istri memilih berpisah.

Sungguh mengerikan apa yang ditimbulkan kontestasi politik empat tahun lalu itu. Akal sehat dan logika tidak mendapat tempat. Yang menjadi dasar hanya suka dan tidak suka. Akhirnya yang timbul hanyalah permusuhan membabi buta.

Kedua, yang mungkin terjadi ialah munculnya keterperangahan massal. Hal itu terutama akan muncul dari pendukung kedua kubu. Mereka akan keki dan kaget setengah mati. Merasa sudah demikian banyak yang dikorbankan demi masing-masing idola, lha kok ternyata justru mak bedunduk sang idola berangkulan mesra sambil tertawa wqwqwq~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun