Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Asal-usul Nama "Indonesia", Siapa Pencetusnya?

26 Maret 2017   01:47 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 45233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali lagi ke topik.

Earl menyarankan penggunaan nama Malayunesia sebagai pengganti nama Hindia-Belanda sebab sangat tepat untuk ras Melayu apalagi bahasa Melayu lazim digunakan di wilayah kepulauan tersebut, sementara Indunesia lebih tepat digunakan untuk wilayah Srilanka (Ceylon) dan Maladewa yang secara genetik dekat dengan India.

Logan sendiri punya pendapat senada.  Di JIAEA edisi yang sama, ia menulis dalam artikelnya “The Ethnology of the Indian Archipelago” bahwa istilah Indian Archipelago (Kepulauan Hindia) terlalu panjang dan – sekali lagi – membingungkan karena rancu dengan India.  Hanya saja, ia lebih menyukai nama Indunesia.

Logan kemudian mengubah Indunesia menjadi Indonesia agar lebih enak diucapkan.  Sejak itu Logan konsisten menggunakan nama ‘Indonesia’ dalam tulisan-tulisan ilmiahnya sehingga lambat laun istilah itu menyebar di kalangan ilmuwan etnologi dan geografi.  Meski begitu, kabarnya akademisi Belanda saat itu enggan menggunakan istilah ‘Indonesia’.

1884, Adolf Bastian

Adolf Bastian (1826-1905) adalah guru besar etnologi di Universitas Berlin.  Lewat bukunya yang berjudul “Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel” sebanyak lima volume dan merupakan hasil penelitiannya selama di Indonesia dari tahun 1864 hingga 1880, nama Indonesia semakin populer di kalangan akademisi Eropa hingga pernah muncul anggapan yang keliru bahwa Bastian-lah pencipta nama ‘Indonesia’.

1913, Suwardi Suryaningrat

Lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, beliau adalah anak bangsa yang pertama kali menggunakan nama ‘Indonesia’.  Sewaktu dibuang ke Belanda tahun 1913, beliau mendirikan biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Sejak itu nama ‘Indonesia’ digunakan oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita hingga nama itu memiliki makna politis yakni identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan.

Dalam sebuah tulisannya, Bung Hatta menegaskan bahwa,

“Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda.  Juga tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli.

Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.“

Belanda sendiri bersikukuh menggunakan nama Hindia-Belanda.  Semua gerakan yang mengandung nama ‘Indonesia’ dicurigai.  Pemerintah Belanda juga menolak mosi yang diajukan anggota Volksraad (parlemen) agar nama ‘Indonesia’ diresmikan sebagai pengganti ‘Hindia-Belanda’ pada tahun 1939.

Dengan masuknya Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, nama ‘Hindia Belanda’ pun hilang lenyap musnah.  Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 lahirlah sebuah negara berdaulat Republik Indonesia.

sukarno berdoa usai pembacaan proklamasi, ini foto yang baru pertama kali ini saya lihat (blog pesantrenbudaya)
sukarno berdoa usai pembacaan proklamasi, ini foto yang baru pertama kali ini saya lihat (blog pesantrenbudaya)
Namun tulisan ini belum selesai, selama googling banyak temuan menarik yang berkaitan dengan tanah air kita antara lain:
  1. Bangsa Tiongkok kuno menyebut kawasan kepulauan kita sebagai Nan-hai alias Kepulauan Laut Selatan, bangsa India kuno memberi nama Dwipantara yang artinya Kepulauan Tanah Seberang, dan bangsa Arab menyebutnya Jaza’ir al-Jawi atau Kepulauan Jawa.
  2. Istilah ‘nusantara’ yang kita kenal sekarang kemungkinan berasal dari usulan Ernest Francois Eugene Douwes Dekker sekitar tahun 1920-an yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi – cucu dari adik Multatuli alias Eduard Douwes Dekker.  Istilah tersebut diambil dari kitab kuno zaman Majapahit yakni Kitab Pararaton.
  3. Arti ‘nusantara’ menurut Dr. Setiabudi adalah “nusa di antara dua benua dan dua samudera”, kalimat tersebut yang akhirnya sering digunakan untuk mendefinisikan lokasi geografis Indonesia.
  4. Sementara di era Majapahit, nusantara merupakan penyebutan untuk pulau-pulau di luar Jawa.  Sumpah Palapa Gajah Mada yang berbunyi, “Lamun hawus kalah nusantara, ingsun amukti palapa,” memiliki arti, “Jika pulau-pulau seberang sudah kalah (dikuasai Majapahit), barulah aku akan beristirahat.”
  5. Dalam Geographia Ptolemeus yang diterbitkan pada masa kekaisaran Romawi sekitar tahun 150 M disebut-sebut sebuah pulau yang kaya akan emas bernama Iabadiu (Jabadiu). Pulau ini disebut pula memiliki sebuah kota perak di ujung barat yang dinamakan Argyra.  Masih jadi perdebatan apakah nama ini merujuk pada Pulau Jawa atau Sumatera.
  6. Kita mungkin pernah (atau sering) mendengar nama Nanyang Technological University di Singapura yang merupakan salah satu universitas terbaik kawasan Asia.  Ternyata istilah ‘Nanyang’ yang berasal dari China dan berarti Samudera Besar itu merujuk pada negara-negara maritim Asia Tenggara termasuk Indonesia, Malaysia, Philippina, Brunei, dan Singapura namun tidak mencakup negara Asia Tenggara lain khususnya kawasan Indochina.  Menurut Wikipedia, penggunaan istilah ‘Nanyang’ mengacu besarnya populasi etnis migran asal China di wilayah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun