Mohon tunggu...
Ryan Martin
Ryan Martin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Kedokteran Gigi

Berbagi Pengalaman, Perasaan, Pemikiran dan Kisah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pengalamanku Saat Karantina, Bersiap Kembali Belajar

3 Januari 2021   11:54 Diperbarui: 3 Januari 2021   12:16 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Meskipun demikian, ada materi yang menjadi favorit saya. Materi itu adalah praktikum. Seperti kebanyakan prodi, mahasiswa diharapkan dapat menguasai ilmu dan dapat mempraktikkannya pada kehidupan sehari-hari. 

Praktikum di prodi kedokteran gigi sangatlah menyenangkan bagi saya. Saya merasa menjadi lebih dekat dengan profesi yang akan saya geluti ke depannya. Setidaknya itu yang saya harapkan dan bayangkan, hingga alam semesta memberikan hadiah tahun baru 2020 yang begitu mengagetkan. 

Bulan Maret tahun 2020, pihak universitas memberikan pengumuman bahwa semua aktivitas perkuliahan akan dilaksanakan secara daring. Sejujurnya, pertama kali saya mendengarnya, saya sangat senang. Dengan demikian, saya tidak perlu keluar dari kamar kosan, namun tetap mendapat ilmu dari dosen-dosen. 

Saya merasa nyaman dengan kondisi baru itu. Bahkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang awalnya mengharuskan saya turun langsung ke desa, dialihkan menjadi KKN virtual. Sungguh suatu pengalaman baru, yang bahkan kakek nenek saya pun, belum pernah lakukan. Meskipun saya merasa kurang maksimal dalam melaksanakan KKN itu, namun setidaknya saya memiliki cerita yang dapat saya ceritakan pada anak dan cucu saya nanti. 

Saya sangat kagum terhadap sistem pendidikan Indonesia yang dapat dengan cepat beradaptasi. Seperti landak biru yang berlari kencang. Ya, anda benar lagi, seperti Sonic si landak biru. 

Dalam hitungan minggu, semua proses pendidikan dapat dialihkan menjadi daring. Bahkan, keponakan saya yang berusia 3 tahun, melakukan "pembelajaran" secara daring. Suatu pemandangan yang begitu unik. Ia dibangunkan pukul 6.45 pagi, dipakaikan seragam oleh ibunya, lalu didudukkan di depan komputer untuk berkenalan dengan teman-teman sekelasnya. 

Saya hanya dapat mengamati wajah bingung dari seorang bayi..., oh maaf, bukan hanya seorang, namun 15 bayi  berusia tiga tahun yang diharuskan duduk diam dan menonton satu per satu temannya memperkenalkan diri. Ada yang hanya tertawa, ada yang menangis, ada pula yang tertidur. Sungguh pagi yang menyenangkan. 

Saya tidak tahu dengan kalian, namun saya yakin bahwa pagi itu, setidaknya terdapat 15 orangtua dan bayinya yang berusia tiga tahun, sedang bingung dan kewalahan. 

Tidak terasa bulan Agustus tahun 2020 telah tiba, dan saya pun menginjakkan kaki di semester terakhir. Kekhawatiran pun muncul dari dalam benak saya. Memikirkan banyaknya requirement  praktikum yang tidak dapat dikerjakan secara daring, membuat saya sadar bahwa jalan yang saya lalui bukan lagi  lubang yang dapat secara langsung dilompati, namun perlu diaspal terlebih dahulu. Dan gelar "dokter gigi" pun akan semakin lama saya gapai. 

Namun, tidak ada yang dapat dilakukan pula. Sebagai mahasiswa, saya hanya dapat mengupayakan yang terbaik dari yang sudah ada dan mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk yang akan datang. Anggap saja seperti berlatih di Kuil Shaolin yang berada di Gunung Shongsan. Bukanlah sesuatu yang sulit bukan? 

Dari kedatangan Korona, saya belajar banyak hal. Saya belajar bahwa terkadang alam semesta dapat memberikan kejutan, yang bahkan tidak dapat diramal oleh seorang Raditya Dika. Ya, anda benar, Raditya Dika bukanlah seorang peramal. Mengapa saya menyebut dia? Karena saya hanya ingin menyebutkannya. Saya menjadi lebih membuka mata akan semua kemungkinan yang dapat terjadi, dan saya perlu bersiap. Oleh sebab itu, saya belajar banyak hal di saat karantina ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun