Mohon tunggu...
Ryandira Bagus Rahardjo
Ryandira Bagus Rahardjo Mohon Tunggu... Seniman - Gente

Film and Art analytics and reviews

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Laskar Pelangi" Setelah 13 Tahun

11 Januari 2021   20:27 Diperbarui: 11 Januari 2021   20:53 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

FILM REVIEW

ditulis oleh Ryandira Bagus Rahardjo

Film : Laskar Pelangi
Sutradara : Riri Riza
Durasi : 2 Jam 5 Menit (125 menit)
Cerita oleh : Andrea Hirata

Laskar Pelangi adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza yang dirilis pada 26 September 2008. Film Laskar Pelangi merupakan karya adaptasi dari buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata lalu diadaptasi menjadi film oleh Salman Aristo, Riri Riza, serta Mira Lesmana. 

Bercerita mengenai kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan juga SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan, serta mengikuti cerita-cerita menarik dari berbagai macam tokoh yang ada, mulai dari kisah pertemanan, "cinta monyet" anak kecil, dan masih banyak hal lainnya. 

Berawal pada novel yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005 yang juga merupakan buku pertama dari karya karyanya tersebut yang lalu disusul oleh Sang pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Ceritanya sendiri mengambil tempat di desa Gantung, Belitung Timur. Tahun 1970, di desa tersebut terdapat sebuah gedung sekolah SD dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. SD ini juga terancam ditutup karena kekurangan murid. Pemerintah mensyaratkan minimal ada 10 siswa yang bersekolah namun hanya ada 9 murid. Bu Muslimah (yang diperankan oleh Cut Mini) tetap percaya akan ada satu lagi siswa yang mendaftar. Nasib sekolah diselamatkan oleh hadirnya Harun (Jeffry Yanuar), siswa keterbelakangan mental dan Lintang (Ferdian), siswa miskin tapi pintar. 

Kita melanjutkan cerita dengan mengikuti perjalann mereka mengikuti kegiatan cerdas cermat, sampai ke sebuah tragedi dimana ayah Lintang meninggal dan dia harus bekerja demi menghidupi keluarga dan adik adiknya.Musik yang indah menjadi salah satu aspek mengapa film ini layak ditonton, penuh dengan lagu-lagu yang membuat terngiang dikepala serta komposisi musik yang dialunkan oleh Sri Aksan Sjuman kawan baik dari Produser dan Sutradara, Mira Lesmana dan Riri Riza dan sempat berkolaborasi pula di film Kuldesak. 

Kalau ditanya mengenai film tersebut apakah film ini layak ditonton? Sudah pasti jawabannya iya, terutama bersama keluarga. Film ini menjadi film yang di nikmati oleh saya dan keluarga saya sampai detik ini dikarenakan alunan cerita yang tidak pernah membosankan dan gambar yang memanjakan mata selalu terpancarkan disaat kita menonton film tersebut tentunya keindahan tersebut tidak lain tidak bukan di ciptakan oleh Yadi Sugandi yang memang sudah menjadi ahlinya.

 Lokasi syuting dengan panorama pantai yang indah serta keunikan kultur budaya masyarakat membuat Belitung dikenal diseluruh nusantara di era jaman sekarang ini pula. Menurut saya titik unggul dari segi cerita yang diangkat adalah bagaimana cerita ini bukanlah cerita yang semena-mena menghampiri kepala namun benar-benar terjadi, sisi itulah yang membuat semua terasa lebih indah dan "authentic" tanpa rekayasa belaka. 

Dialog yang diucapkan juga terasa hidup layaknya pembicaraan tanpa skenario tentunya patut diapresiasi juga untuk para aktor/aktris yang ikut ambil serta dalam aspek tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun