Mohon tunggu...
Rio Anggara
Rio Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

13 Jan 1913

23 November 2020   00:15 Diperbarui: 23 November 2020   00:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mayat itu adalah aku. Aku terpaku ditempat, tubuhku menolak untuk bergerak, kabut mulai menipis, kulihat sekeliling ku dan kulihat banyak tumpukan mayat yang tergantung di pepohonan. suara tawa itu terdengar lagi, nafasku naik-turun tak terkendali, kucoba cari dimana suara tawa tersebut dan kusadari apa yang ada dibalik pohon. Dua sel otakku yang tidak terikat rasa takut menyuruhku untuk berdiri dan segera lari darisana, apapun itu dia mulai menampakkan dirinya.

sesosok manusia tinggi besar keluar dari balik pohon itu. Kepalanya bulat dengan mata besar, senyuman lebar yang terlihat seperti memotong wajahnya, menunjukkan barisan gigi busuk dan rusak, air liur mengalir keluar dari mulutnya. Dia memakai semacam tuksedo kotor penuh noda darah dan lumpur.

Aku ingin segera lari darisana tetapi kedua kakiku terlalu takut untuk diajak berlari. Dia mengulurkan tangannya yang kurus kering kearah ku dan langsung meremas tubuhku, menghancurkan tulang punggungku. Rasa sakit langsung datang menghujam tubuhku, aku berteriak kesakitan, aku sudah tak bisa merasakan tubuhku lagi. 

Dia mengangkatku memperhatikan mangsanya sekali lagi sebelum dia makan. Aku sudah pasrah menerima kenyataan bahwa aku mungkin saja mati disini. Dia membuka mulutnya, menunjukkan barisan gigi yang berputar spiral kedalam tenggorokannya. Kututup mataku, bersiap merasakan rasa sakit yang sebentar lagi datang, dan dengan satu gigitan. Badanku terbelah menjadi dua.

Aku terbangun, keringat dingin mengucur deras dari tubuhku, "hanya mimpi" kataku menenangkan diri. Aku masih berada dikamarku, bukan dihutan. Tidak ada suara tawa atau bisikan, hanya ada suara jangkrik yang menyanyikan lagu mereka, tidak ada yang perlu dikuatirkan, aku aman sekarang. Kulihat jam, tepat tengah malam. Sayangnya rasa aman ini tidak bertahan lama. Baru saja kutarik nafas lega, tiba-tiba kudengar teriakan. 

Aku tersontak kaget mendengar teriakkan itu. Suara teriakan wanita, aku langsung keluar kamar untuk mencari tahu darimana asal suara itu. Rasa ragu menghampiriku ketika aku berada didepan pintu. Apakah aku benar-benar ingin keluar? Mengetahui bahwa ada sesuatu diluar sana yang mungkin bisa saja membunuhku. Tapi kuenyahkan itu dari pikiranku dan kubuka pintu rumahku, keluar kegelapan malam.

Rumahku berada tepat diujung desa, bersebelahan dengan pemakaman. Tak ada lampu penerangan disekitar sini jadi aku harus membawa lampu minyak sendiri. walaupun sudah membawa lampu dan diterangi sinar bulan, jalanan disekitar sini masih terasa gelap. Suara itu terdengar dari arah pemakaman. Bagus, aku benci tempat itu. Aku masuk kedalam, mencoba melihat kesekelilingku tapi Kabut mengurangi jarak pandang ku. Terdengar suara redup seperti tangisan. Bulu kudukku langsung berdiri. tak ada pilihan lain, kuberanikan diri untuk mendekati sumber suara tersebut.

Suara tersebut ternyata berasal dari pohon beringin, dibawahnya kulihat Annie pingsan. Akupun lantas berlari menghampirinya.

"Annie, apa kau baik-baik saja?" Kataku cemas

"Nnghh. Ap-apa yang terjadi. Jason, dimana aku?" Tanyanya sambil mengusap kepalanya.

"Tadi kudengar suara teriakan. Aku khawatir terjadi sesuatu jadi aku pergi mencari tahu dan kutemukan kamu disini" jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun