Mohon tunggu...
Ryan Charlie
Ryan Charlie Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pakar atau Pengobral Komentar?

15 Januari 2019   16:52 Diperbarui: 15 Januari 2019   16:53 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum hilang dari ingatan bagaimana ekonom senior Indef Faisal Basri mengkritik habis-habisan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui akun twitternya beberapa hari yang lalu ihwal impor gula. Walaupun dengan data sekenanya dan tidak pula dijelaskan sumber dan rinciannya, kritikannya mampu menjadi amunisi tambahan bagi kubu oposisi untuk kembali menyerang kubu petahana. 

Namun siapa sangka, hanya dalam waktu empat hari saja, sikap ekonom senior itu berbalik 360 derajat. Sikap kritisnya hilang. Malah ia memuji-muji kinerja Pemerintahan Jokowi pada acara siaran langsung di salah satu stasiun televisi swasta. 

Ia mengatakan bahwa rakyat Indonesia tak boleh kufur nikmat, banyak kemajuan yang terjadi di Indonesia. Kemiskinan turun, ketimpangan sosial membaik dibanding zaman presiden sebelumnya, dan  harga-harga bisa dikendalikan pemerintah. Sebetulnya apa yang menyebabkan Faisal Basri tiba-tiba berubah haluan dengan sangat cepat?

Aneh memang melihat sikap yang ia tunjukkan. Begitu kontradiktif dan membingungkan. Padahal jika kita tarik mundur ke belakang, ia terlampau sering mengkritik pemerintah khususnya kepada Kementerian Perdagangan yang menurutnya terlalu longgar dalam perizinan impor komoditas. Tetapi jika diklarifikasi, dirinya malah bungkam. 

Semacam ada dendam kesumat yang belum terbalaskan. Atau mungkin isu yang beredar mengenai dirinya yang gagal menjadi Menteri Perdagangan benar adanya. Dan menjadi alasan mengapa ia begitu berapi-api menyerang Menteri Perdagangan saat ini. 

Di tahun politik seperti ini, jika Faisal Basri niat mencari point kepada salah satu kubu, seharusnya konsisten sejak awal. Kini ia semakin tidak jelas keberpihakannya kemana. Petahana, ataukah oposisi. Inkonsistensinya bukan hanya membingungkan elit politik, tetapi juga rakyat. Karena di mana ada angin berhembus, di sana keberpihakan. Mencari peluang di tengah gegap gempita pemilu, sepertinya ada yang berharap diangkat menteri.

Sebagai pengamat ekonomi nasional tentu harus menjaga konsistensi intelektualitas di hadapan publik. Jika tidak jelas seperti ini, bagaimana mungkin dijadikan acuan oleh masyarakat? Sebagai masyarakat seharusnya tidak lagi mudah percaya kepada ekonom labil semacam Faisal Basri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun