Mohon tunggu...
Ryan Charlie
Ryan Charlie Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Lemah Gemulai Produksi Kedelai

11 Januari 2019   16:36 Diperbarui: 11 Januari 2019   16:39 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.danielstrading.com

Swasembada kacang kedelai tahun 2020 yang ditargetkan Kementerian Pertanian rasanya hanya akan menjadi isapan jempol belaka. Bukannya pesimistik terhadap produsen dalam negeri, tetapi tak bisa dinafikan, target harus tetap berkaca kepada catatan produktivitas nasional.

Jika kita lihat produksi sejak 2015, jumlahnya selalu mengalami fluktuasi. Pada 2015, produksi mencapai 963.183 ton dan turun menjadi 859.653 ton pada 2016. Tingkat produksi semakin turun pada 2017, yakni 538.728 ton dan baru mengalami peningkatan pada tahun lalu yang mencapai 982.598 ton.

Produksi sebesar itu keseluruhannya diserap pelaku usaha yang memproduksi tahu dan tempe, sebab industri ini merupakan penyerap terbesar kedelai mencapai 88%. Sementara sisanya diserap oleh sektor usaha lain seperti Cimory.

Jika diakumulasikan, jumlah kebutuhan nasional kita mencapai lebih dari 3 juta ton per tahun. Sedangkan jumlah produksi dalam negeri menyentuh 50 persennya pun tidak. Sehingga jika dihitung-hitung sejak 2015 kita sudah merealisasikan impor hampir sebesar 10 juta ton kacang kedelai untuk menutupi kekurangan produksi.

Amerika Serikat menjadi negara pengekspor terbesar. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Pertanian AS atau United States Department of Agriculture, per 16 Agutus 2018 total ekspor kacang kedelai AS ke Indonesia mencapai 2,34 juta ton. Volume ekspor kedelai AS ke Indonesia tersebut meningkat 5,15% dibandingkan periode sama pada 2017 yang sebesar 2,22 juta ton.

Sebetulnya yang menyebabkan produksi kita selalu stagnan tak lain karena faktor iklim yang kurang cocok. Menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arief Nugraha, lahan Indonesia sebagai negara tropis tidak memungkinkan pertumbuhan kedelai yang merupakan tanaman sub-tropis akan maksimal.

Ditambah, konsistensi yang dimiliki kementerian terkait dalam mengelola produksi masih meragukan. Komoditas pokok seperti beras dan jagung saja sampai saat ini belum mencapai swasembada, apalagi mewacanakan swasembada kedelai.

Walaupun memang lahan tanam sudah diperluas, tetapi jika pengelolan dan pengawasannya buruk pasti akan percuma. Jadi tak perlu lah buru-buru bermimpi untuk segera swasembada kacang kedelai. Tidak impor satu juta ton dalam satu tahun saja sudah bagus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun