Mohon tunggu...
Ryan Budiman
Ryan Budiman Mohon Tunggu... Freelancer - Sedang Menulis

Berbagi, sambil menata kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beruntungkah Jika Diberi Bantuan?

27 Agustus 2012   14:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:15 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi negara berkembang, selain penghasilan devisa dari ekspor bahan-bahan mentah, ada komponen lain yang menjadi sumber penghasil devisa utama. Sumber lainnya yaitu penanaman modal swasta asing langsung (FDI). Selain penanaman investasi asing, sumber penghasil devisa lain bagi negara berkembang adalah bantuan pembangunan bilateral dan multinasional yang lebih dikenal sebagai bantuan luar negeri atau Foreign Aid.

Foreign Aid bisa diartikan sebagai transfer dana masyarakat internasional dalam bentuk pinjaman (loans) atau hibah (grants) baik langsung dari satu negara ke negara lainnya (bilateral assistance) atau secara tidak langsung melalui lembaga bantuan multilateral (multilateral assistance) seperti Bank Dunia (World Bank), dan lembaga internasional lainnya. Di dalam Foreign Aid tercakup pula di dalamnya bantuan pembangunan resmi/official development assistance (ODA). Bantuan pembangunan resmi adalah pemberian pinjaman atau hibah dengan syarat-syarat tertentu oleh badan-badan resmi anggota Development Assistance Committee (DAC – Panitia Bantuan Pembangunan) dari OECD[1] dan anggota OPEC[2] dengan tujuan untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan negara penerima bantuan. Dalam foreign Aid terdapat tiga komponen; yaitu perpindahan modal (capital), komoditi (commodities), dan ahli (expert).

DAC membagi foreign aid ke dalam tiga kategori: (1) ODA yang telah dijelaskan di atas; (2) Official Assistance (OA) yaitu bantuan yang diberikan pada negara yang pendapatan perkapitanya lebih tinggi atau rata-rata $9,000,- seperti Bahamas, Israel dan Singapura; (3) Private voluntary assistance yang meliputi bantuan dari non-government organization, grup keagamaan, program sosial, foundation/yayasan, dan perusahaan swasta.

Bantuan luar negeri menimbulkan perdebatan yang hangat. Setidaknya terdapat beberapa teori yang mengkaji isu ini. Penganut teori strukturalis berpendapat bahwa bantuan luar negeri adalah suatu upaya negara maju untuk menciptakan status quo: negara maju tetap menjadi core, negara berkembang tetap di bagian peripheral. Teori idealis berargumen bahwa bantuan luar negeri berperan sebagai altruisme, suatu kewajiban moral dari negara maju pada negara berkembang. Sedangkan teori realis, secara ekstrim mengemukakan bahwa bantuan luar negeri adalah suatu cara untuk merealisasikan kepentingan-kepentingan politik negara-negara maju.

Motivasi Bantuan Luar Negeri: Politik & Ekonomi

Motivasi politik merupakan motivasi yang paling penting bagi negara pemberi bantuan, terutama bagi negara donor yang besar seperti Amerika Serikat dan negara Barat lainnya. Negara-negara donor tersebut menggunakan bantuan luar negeri sebagai alat politik untuk mempertahankan atau menyokong rezim-rezim politik negara-negara “sahabat” mereka di Dunia Ketiga, yang eksistensinya dipandang sesuai dengan kepentingan “keamanan nasional” negara-negara Barat. Kepentingan politik lain terlihat dari jumlah bantuan yang dikeluarkan yang tidak memperlihatkan adanya sebuah itikad baik. Dari sekian banyak negara maju yang menyutujui batas pemberian bantuan luar negeri sebesar 0.7% dari GNI (Gross National Income) mereka, hanya lima negara yang telah merealisasikannya.

Meski bantuan ekonomi mempunyai beberapa keuntungan ekonomi bagi negara penerima, seperti yang akan diuraikan di bawah, tidak dapat dipungkiri bahwa walaupun bantuan tersebut didorong oleh motivasi ekonomis sekalipun, keuntungan (beneficial) akan tetap kembali kepada negara donor sebagai hasil dari bantuan mereka. Keuntungan ini biasanya diambil dari konsesi-konsesi yang telah disepakati pada perjanjian pemberian bantuan.

Analisis: Diantara Positif – Negatif Bantuan Luar Negeri, Negatif lebih Condong ke Negara Penerima

Telah diketahui bahwa secara formal bantuan luar negeri dapat digunakan sebagai sumber keuangan yang memainkan peranan penting bagi negara berkembang. Khususnya untuk melengkapi kekurangan sumber daya di bidang devisa atau tabungan dalam negeri. Bantuan luar negeri juga dianggap dapat mempermudah dan mempercepat proses pembangunan dengan meningkatkan tabungan luar negeri sebagai hasil dari tingkat pertumbuhan yang tinggi. Bahkan bantuan luar negeri dilengkapi dengan “bantuan teknik (technical assistance)” dalam bentuk transfer tenaga kerja yang berkeahlian tinggi untuk menjamin bahwa sejumlah dana bantuan tersebut benar-benar digunakan secara tepat sesuai yang disepakati.

Sebagian pakar berpendapat bahwa bantuan luar negeri telah mendorong pertumbuhan dan transformasi struktural di banyak negara berkembang. Sebagian lagi berargumen bahwa bantuan luar negeri tidak medorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat tetapi justru memperlambat pertumbuhan ekonomi akibat adanya substitusi terhadap investasi dan tabungan dalam negeri dan memperburuk defisit neraca pembayaran negara-negara berkembang sebagai akibat meningkatnya kewajiban untuk membayar hutang dan dikaitkannya bantuan dengan barang-barang ekspor negara-negara donor.

Jika melihat definisi dari Theotonio Des Santos tentang ketergantungan[3], bantuan luar negeri memang menimbulkan sebuah ketergantungan bagi negara penerima. Bantuan luar negeri yang porsi terbesarnya adalah harus dikembalikan (sebut: utang) tentunya akan membebani APBN suatu negara akibat besarnya alokasi untuk pembayaran utang. Hal ini menyebabkan menurunnya alokasi lain untuk pos pengeluaran yang lebih penting seperti pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.

Ujung-ujungnya, akan timbul kesengsaraan untuk sebagian besar rakyat di negara berkembang (baca: rakyat miskin).

Bahan Bacaan:

Budiman, Arief. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Radelet, Steven. “A Primer on Foreign Aid” dalam Center for Global Development. Working Paper Number 92, Juli 2006.

Shah, Anup. “Foreign Aid of Development Assistence” diupdate pada 05 Juni 2011 dalam http://www.globalissues.org/article/35/foreign-aid-development-assistance diakses pada Selasa, 07 November 2011 pkl. 22.30 WIB.

Todaro, Michael. P. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, 1994. -

Ryan Prasetia Budiman

Tulisan ini adalah salah satu jawaban pada ujian tengah semester di mata kuliah Pembangunan Internasional Jurusan HI, sebagai mahasiswa “jajan” dari Jurusan Sejarah FIB UI.

[1] OECD adalah Organisasi bagi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan. Anggotanya terdiri dari negara-negara industri. Tujuan utamanya adalah untuk membantu pertumbuhan ekonomi negara-negara anggotanya dengan meningkatkan kerjasama dan analisis teknik mengenai kecenderungan ekonomi nasional dan internasional. Lihat Michael P. Todaro.

[2] OPEC adalah Organisasi Negara Pengekspor Minyak. OPEC memberi sejumlah foreign Aid sejak terjadinya oil boom. Namun setelah masa itu lewat, jumlahnya kian surut. Lihat Michael P. Todaro.

[3] Menurutnya, ketergantungan adalah keadaan di mana kehidupan ekonomi negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain, di mana negara tertentu hanya berperan sebagai penerima akibat saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun