Mohon tunggu...
Rut sw
Rut sw Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Penulis, Pengamat Sosial Budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha melejitkan potensi dan minat menulis untuk meraih pahala jariyah dan mengubah dunia dengan aksara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Generasi Hari Ini

28 Juli 2019   08:13 Diperbarui: 28 Juli 2019   13:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: unsplash/di olah oleh penulis

MPLS dan Training Leadershif SMAN 3 Sidoarjo untuk kelas IX sudah usai. Kegiatan sekolah yang diklaim sebagai bagian dari pendidikan dasar anak telah dinyatakan sukses dilaksanakan. 

Istilah lainnya, anak beserta wali murid sudah sah menjadi bagian dari keluarga besar SMAN 3 Sidoarjo.Dan ternyata sebelum acara itu selesai, kami diundang untuk pertemuan pertama kali dengan pihak sekolah. Parenting dadakan intinya. Berkumpul di aula sekolah dan bertemu dengan seorang  trainer kondang. Bahas soal anak-anak, bukan biaya...hem, iyakah?!

Dengan janji pemaparan akan dibuat sependek mungkin, trainer memulai dengan menunjukkan gambar mesin tiketing di slide pertama. Dikatakan untuk kecanggihan mesin " kotak sabun" itu anak SMK hari ini mudah banget membuatnya, tapi karena dikapitalisasi, hari ini sudah ada 5000 mesin se-Indonesia. Dan...menggantikan 5000 pekerja pula.

Slide berikutnya sebuah drone, dulu fungsi awal hanya untuk mengambil foto dengan scene lebih luas hingga nampak cakrawala, namun kini? Drone dirancang untuk mengantar pizza hingga bongkar barang dari peti kemas hingga ke pelanggan. Tidak ada waiting time lagi di gudang, padahal beberapa perusahaan raksasa bekerja di bagian waiting-waiting itu...berapa lagi tenaga kerja tergantikan oleh mesin?

Sering ke ATM? hari ini sudah gak trend lagi karena tergantikan dengan mobil banking, sepuluh hingga duapuluh tahun mendatang tidak akan ada bank kecuali bank dipusat provinsi, karena peredaran uang virtual hanya butuh jasa antar, berapa juta karyawan bank akan terdepak karena tergantikan mesin?

Semua yang hadir terpana, berharap dilanjutkan pemaparannya dengan solusi lantas kemana kita seharusnya? ternyata, fakta-fakta diatas hanya untuk menguatkan bahwa ANAK KITA AKAN HIDUP DI JAMAN YANG BERBEDA DENGAN KITA ORANTUANYA.

Okey, begitu saja? sayangnya iya, tak ada penjelasan lain selain menekankan harus ada kerjasama yang solid antara sekolah, anak dan orangtua. Meninggalkan paradigma yang salah dan mendasar terkait kecanggihan teknologi tadi.

Iyakah semua bakal tergantikan oleh mesin? berarti teknologi berdampak buruk bagi nasib sebuah bangsa dan negara. Lantas peradaban macam apa yang kemudian hendak dibangun jika semua serba mesin? Jadi ingat beberapa judul film buatan negeri Paman Sam, mulai 2012, planet Aps, tranformer dan lain-lain yang memprediksi keadaan dunia ketika mesin merajai.

Manusia boleh berandai-andai, apalagi jika dunia ini masih menggunakan sistem kapitalis. Dimana nafsu manusia diatas segalanya. Kecanggihan teknologi jadi bencana dunia ketiga, kesenjangan sosial dan ekonomi bertambah lebar, kesengsaran karena bobroknya sistem sosial masyarakat sebagai dampak derasnya teknologi tanpa filter agama.

Namun Islam datang guna mengatur dan menyeimbangkannya. Negara harus kuat, baik dari sisi pertahanan negaranya maupun teknologi. Negara justru akan mengambil teknologi terkini tanpa meninggalkan sisi humanitasnya. Karena, negara wajib memberikan kesejahteraan bukan hanya kemapanan dan terdepan dalam teknologi.

Jadi, memang anak kita tak akan hidup di jaman yang sama dengan kita. Namun dengan diterapkannya syariat, mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakatnya. Maka mereka akan memegang kendali, terdepan dan tangguh. Jadi, mengapa takut dengan majunya teknologi jika kita punya panduan mengendalikannya, yaitu khilafah ala minhaj nubuwwah, insyaallah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun