Mohon tunggu...
Rut sw
Rut sw Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Penulis, Pengamat Sosial Budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha melejitkan potensi dan minat menulis untuk meraih pahala jariyah dan mengubah dunia dengan aksara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Napas Berhenti

23 Februari 2019   17:34 Diperbarui: 23 Februari 2019   17:54 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari ini ada beberapa teman yang suaminya meninggal dunia, dan mereka meninggal dengan cara yang tenang, sedang berkegiatan biasa, tanpa sakit, tanpa pesan. Kondisi jenasahpun seperti orang tidur. Satu hal yang pasti, ketika napas berhenti, pertanda waktu kita di dunia telah usai. Rela tidak rela segala atribut harus dilepaskan, harta menjadi waris, keluarga tak lagi hangat. Terselip tanya dalam hati," kelak, seperti apa aku meninggal?"

Ada kematian yang begitu mudah, selesai shalat, ketika tidur, ketika membaca Alquran, ketika kajian, ketika duduk-duduk bercengkrama bersama keluargadan lain-lain. Ada pula kematian tragis, bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, tenggelam, terseret banjir, likuifasi, berzina dan lain-lain.

Semua hanyalah keadaan ketika ajal menjemput, bukan sebab kematian itu sendiri. Kita sering melihat manusia begitu takut jika pembicaraan beralih kepada kematian. Yang terbayang malah kafan, mayat, keranda bahkan berbagai makluk yang wallahu a' lam tidak ada penjelasannya dalam Alquran namun menjadi viral di dunia manusia.

Padahal kematian menurut islam adalah kepastian. Hanya Allah yang mengetahui waktu dan caranya. Sebagai orang beriman, wajib mengimani kematian sepenuhnya, bahkan wajib menuntut ilmu tentangnya. Dengan berilmu, maka penyikapan kita akan berbeda. Minimal percaya penuh bahwa kematian itu nyata, bukan khayali.

. "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya". (QS Ali Imran : 145).

Allah menegaskan,  akan ada malaikat pencabut nyawa yang bertugas mencabut nyawa siapa saja yang Allah kehendaki. Dan malaikat adalah makluk yang tak pernah menyelisihi Allah,  mencabut nyawa berdasar dari segala amal perbuatan yang dilakukan manusia di dunia. Mudah, ringan, cepat atau lambat.

"Dan diutus Nya malaikat malaikat penjaga sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat malaikat Kami dan malaikat malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya" ( Qs Al An'am:61)

Sebab itu manusia diwajibkan bertaqwa dengan berbuat kebaikan sepanjang waktu dan mengingat serta menyebut asma Allah setiap detik kehidupannya sebab kematian bisa datang kapan saja tanpa mengenal usia, status sosial, ataupun kondisinya, baik sehat maupun sakit jika sudah saatnya maka manusia tak memiliki kemampuan apapun untuk menghindarinya.

Lantas bagaimana mempersiapkan kematian yang mudah? dengan cara yang baik insyaallah?
hal itu butuh pembiasaan, biasa taat, biasa berbuat sesuai syariat dan biasa menjauh dari apa yang dilarang Allah. Dengan kata lain, memelihara habits menjadi orang bertakwa. Sebagaimana Allah telah menunjukkan caranya kepada kita

"Hai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar benar taqwa kepada Nya dan janganlah sekali kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam" ( Qs Ali Imran: 102)

Firman ini merupakan peringatan dari Allah untuk senantiasa beribadah dan mengingat Nya sebab merupakan kerugian terbesar ketika seorang hamba meninggal dalam keadaan selain islam. Islamnya tentu tak sekedar menjadi syarat pengisi kolom agama di kartu identitasnya. Namun islam kaffah, islam yang tak pandang bulu, semua perintah dan larangan Allah menjadi perhatian utamanya. Sehingga ketika dia berucap takut kepada Allah, berimbas kepada prilakunya yang takut terhadap azabNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun