Mohon tunggu...
Rut sw
Rut sw Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Penulis, Pengamat Sosial Budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha melejitkan potensi dan minat menulis untuk meraih pahala jariyah dan mengubah dunia dengan aksara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa yang Paling Rindu Rasulullah?

20 November 2018   14:45 Diperbarui: 20 November 2018   14:47 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah bertepatan dengan 570 M di Mekkah,  Rasulullah ditakdirkan Allah lahir ke dunia. Untuk mengemban risalah mulia. Demi sebuah tatanan hidup yang rahmatan lil alamin.

Bukan tak ada rintang dan halangan. Justru di sinilah yang hendak disiarkan oleh Rasulullah, bahwa tak ada buah manis tanpa perjuangan. Sekalipun beliau telah dijanjikan surga, hati bersih tanpa dosa namun beliau senantiasa ulet dan pantang menyerah menaklukkan kedzaliman demi kedzaliman. Agar hanya Islam semata yang berjaya. Karena sekali lagi itu titah ilahi.

Jika hari ini kita memperingati hari istimewa ini, akankah kita hanya sebatas memperingatinya? Padahal Allah telah menegaskan bahwa Rasulullah telah menjadi teladan para shahabatnya, serta menjadi panutan bagi kaum muslimin dalam melangkah dan mengarungi samudera yang dahsyat dengan gelombangnya. Sebagaimana Allah berfirman  di dalam Al Qur'an:

"Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah." (Al-Ahzab: 21)

Lantas, seberapa cinta kita kepada Rasulullah? Seberapa rindu kita untuk bertemu beliau? Cinta butuh dibuktikan dan rindu butuh dituntaskan. Tidak ada jalan lain kecuali dengan menjadikan seluruh apa yang diperbuat Rasul, dikatakan dan diamnya kita ikuti sepenuh hati. Kecuali yang memang dikhususkan bagi Rasul saja. Dan memang mencintai Rasulullah buktinya adalah dengan menjadi pembela agamaNya, penegak kalimat tauhidNya.

Sedikit ibrah yang bisa kita ambil dari  para sahabat. Bagaimana  Abu Hurairah sangat mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketulusan cintanya diungkapkan dengan pernyataannya: "Wahai, baginda Rasulullah. Ketika aku melihat engkau, bahagia kurasakan dalam diriku dan sejuk pandanganku". Kecintaan itu menanamkan perasaan mendalam terhadap nama Rasulullah, sampai-sampai ia tidak mampu menguasai dirinya, terisak menangis berkali-kali sampai pingsan.

Kemudian seorang hamba sahaya bernama Tsauban, yang amat menyayangi dan merindukan Rasulullah. Sehari tidak berjumpa Nabi, ia rasakan seperti setahun. Kalau boleh, ia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, Tsauban bersedih, murung dan kerap menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebat kasih sayang Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah dalam keadaan pucat pasi dan lemas. Katanya, "Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walau sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hati ini lega dan bergembira. Jika memikirkan akhirat, saya bertambah cemas, takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, sedangkan saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tidak bersua denganmu lagi."

Rasulullah dengan lembut dan menghibur Tsauban dengan ayat 69 dari surat An -Nisa yang artinya:

"Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada', dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Tidakkah kita ingin menjadi orang yang merindukan Rasulullah melebihi apapun di dunia ini? Wallahu a' lam biashowab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun