Mohon tunggu...
rut kristella pangaribuan
rut kristella pangaribuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

never try never know

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Sikap Toleransi pada Demokrasi di Era Digital

1 Desember 2022   18:15 Diperbarui: 1 Desember 2022   18:21 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individu. Manusia melakukan interaksi dengan manusia lainnya, tidak dapat berdiri sendiri, dan memerlukan individu lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam bersosialisasi di masyarakat, seseorang akan dihadapkan dengan keberagaman individu-individu yang berbeda mulai dari bahasa, budaya, suku, agama, warna kulit, maupun adat istiadat. Dalam menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat perlunya menjaga hak dan kewajiban diantara satu sama lain. 

Selain itu, sikap saling menghormati dan menghargai agar tidak terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian. Salah satu sikap tersebut adalah toleransi. Toleransi merupakan kata serapan dari bahasa inggris “tolerance” berarti sabar dan kelapang dada, adapun kata kerja transitifnya yaitu tolerate yang berarti sabar menghadapiatau melihat dan tahan terhadap sesuatu, sementara kata sifatnya adalah toleran yang bersikap toleran, sabar terhadap sesuatu. Toleransi merupakan salah satu nilai penting yang perlu diterapkan oleh seluruh kalangan di era digital. Pasalnya, keragaman multidimensi akan terasa indah jika diiringi sikap saling menghormati perbedaan.

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, dalam setiap orang dapat mengambil bagian perihal keputusan yang akan mempengaruhi kehidupannya dalam bernegara. Tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dengan konsep mengedepankan keadilan, kejujuran dan keterbukaan. Pada konsepnya, tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga meliputi kebebasan berpendapat dan kedaulatan rakyat. 

Perkembangan teknologi yang semakin cempat berdampak pada kondisi social masyarakat marak dalam penggunaaanya dalam masyarakat. Dalam prosesnya informasi lebih mudah didapatkan, penyampaian aspriasi, adanya ruang-ruang public di dunia digital. Kehadiran media baru (new media) telah mengubah moda berbagai aspek kehidupan manusia secara cukup signifikan, mulai dari aktivitas politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Kondisi tersebut menyebabkan demokrasi mengalami pergeseran. 

Demokrasi di era digital menjadi pengerahan informasi bagi public jadi penentu kebijakan public. Kebebasan memperoleh atau memberikan informasi secara efektif lebih penting daripada potensi mendapatkan akses alam proses politik digital. Demokrasi di era digital juga memberikan keluasan bagi masyarakat dalam mengeluarkan aspirasi dan argumentasi bahkan menyebarluaskan. Held (2004) mengatakan bahwa masyarakat bisa bersikap sebagai pengadil dan menjadi legislative dalam demokrasi masa sekarang. 

Apapun bentuknya, demokrasi digital tersebut bermaksud menyediakan akses informasi dengan beragam rupa, menyediakan ruang publik yang menjadi prasyarat bagi sebuah tatanan demokrasi, dan interaksi memadai antara warga negara dengan pemerintah, maupun antarsesama warga negara. Demokrasi digital di kehidupan politik misalnya, kehadiran media baru telah menyodorkan fenomena baru.

Tetapi dalam kenyataannya ada dampak buruk dari teknologi dan informasi yang tumbuh dalam ruang demokrasi yaitu kurang adanya filterisasi dalam penyampaian pendapat sehingga menyebabkan minimnya toleransi. Selain itu banyaknya berbagai informasi tidak benar atau hoax untuk menjatuhkan individu maupun kelompok. Dalam berdemokrasi harus dingat bahwa semua warga negara memiliki hak-hak dasar (hak asasi) dan hukum yang sama. 

Toleransi menjadi kemampuan dan kemauan orang itu sendiri dan masyarakat umum untuk berhati-hati terhadap hak-hak orang golongan kecil/minoritas dimana mereka hidup dalam peraturan yang dirumuskan oleh mayoritas yang memang adalah arti dasar demokrasi itu. Pentingnya toleransi dalam berdemokrasi, menjadikan masyarakat dapat berbicara luas dengan memperhatikan sikap toleransi. Selain itu perlunya pemanfaatkan teknologi tujuan yang lebih baik dalam berdemokrasi.

Kondisi terkait sikap toleransi pada demokrasi di era digital. Teknologi digital menciptakan keseimbangan baru, serta menggusur kekuasaan versi lama yang bersifat tertutup, nirakses, dan digerakkan secara sentral. Kekuasaan baru tersebut melibatkan banyak orang, terbuka, dan partisipatif. Selain itu media sosial terbukti efektif di sejumlah negara untuk membangkitkan perdamaian dan sebagai instrumen untuk menyuarakan perdamaian. Demokrasi digital membuat akses informasi semakin merata sehingga setiap orang dapat memperoleh informasi yang sama. 

Teknologi yang mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat dalam keberagaman. Oleh karena kebebasan mengeluarkan pendapat inilah maka harus diimbangin dengan sikap toleransi agar dapat menghindari kebencian, hasutan yang dapat memecah belah masyarakat.

Solusi yang diterapkan untuk membangun sikap toleransi pada demokrasi di era digital adalah:

  • Praktik toleransi tidak bisa dan tidak mungkin terjadi tanpa adanya rasa empati perlunya membentuk keragaman budaya. Belajar tentang prinsip-prinsip agama lain, bisa memahami lebih dalam kesamaan diantara agama-agama itu, tetapi tetap dapat menerapkan praktik keagamaan yang berbeda.
  • Membandingkan pendapat-pendapat yang berasal dari nilai pribadi seseorang. Untuk membicarakan sesuatu yang bisa menimbulkan perbedaan terkait dengan perasaan, lebih baik kalau adanya kesepakatan tentang pelaksanaan diskusi. Misalnya, sepakat bahwa setiap orang harusnya memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara terlebih dahulu, atau semuanya bisa sepakat bahwa tidak boleh membicarakan kata-kata yang tidak baik.
  • Menumbuhkan kebiasaan untuk memprotes terhadap hal yang tidak adil dan tidak jujur dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegitan dan aktivitas yang tidak toleran tidak mungkin mencapai tempat dalam masyarakat yang demokratik. Kekuatan bentuk demokrasi tertinggi adalah dimana peraturan perundang-undangan merupakan representasi dan bersumber dari kekuatan kebudayaan dan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten-konten yang positif, termasuk sikap bertoleransi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun