Mohon tunggu...
Rustina M Noveny
Rustina M Noveny Mohon Tunggu... Tutor - SI East Kutai East Borneo

Menulis untuk segala sesuatu yang menari-menari dan berkecamuk di pikiran, menulis menenangkan jiwa...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sudah Seberapa HOTS-kah Anda?

25 Maret 2021   14:15 Diperbarui: 25 Maret 2021   17:50 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcio dan Masa PJJ - dokpri

Apakah yang terbersit di pikiran Anda melihat foto yang ada di atas?  Yup, inilah kondisi yang terjadi di masa PJJ.  Foto tersebut adalah foto anak saya yang saat ini berada di kelas VII SMP.  Saya ada bersama dengan dia, saat proses belajar ini terjadi.  Di menit pertama, anak saya masih semangat dalam mengerjakan tugas.  Dia malas duduk di kursi dan berhadapan dengan meja, memilih lesehan dan longsoran di lantai.  Menit-mennit selanjutnya, dapat Anda lihat mulai kurang semangat, bosan dan akhirnya tertidur.  

Di pelajaran sebelumnya, saya memantau kondisi belajar sama seperti yang saya foto itu.  Anak mengecek LMSnya yaitu Google Classroom, mengisi absen dan mengerjakan tugas, tanpa ada penjelasan seara virtual dari guru kebanyakan disuruh nonton You Tube atau kerjakan di LUK/LKS/ Buku Paket halaman sekian lalu dikumpulkan.  Adakah hal ini menjadi perenungan kita bersama baik sebagai seorang pendidik, orang tua wali murid/siswa atau bahkan siswa sendiri?  Inilah potret keadaan pendidikan di masa PJJ ini, masih banyak kita yang belum paham benar kondisi digitalisasi pendidikan.  

Yang disayangkan, mengapa setahun masa PJJ ini (18 Maret 2020-18 Maret 2021) kita masih belum banyak bergerak ke arah kemajuan? Yang terjadi adalah  learning loss :(, minimal dari diri sendiri sebagai pendidik dapat beradaptasi terhadap perubahan yang ada karena inilah kunci keberlangsungan hidup pendidikan kita.  Seandainya 1 semester lalu kita dapat mengevaluasi hasil pembelajaran pada mata pelajaran yang kita ampu, ini akan berdampak bagi potret pendidikan di negeri yang kita cintai ini.  Kembali kepada foto drama sekolah online di atas, sudahkah kita para pendidik mengenal bagaimana kelas digital pendidikan itu sendiri?  Mari dengan hati terbuka dan mau terus belajar kita memahami, mempelajari dan memapraktekan di mata pelajaran, di kelas yang kita ampu.  Ada 8 elemen penting dalam kelas digital yang dapat Anda akses untuk wawasan lanjutan.

teachthought.com
teachthought.com
8 Elemen Penting Dalam Kelas Digital :

1.  Ruang.  Yang dimaksud dengan ruang dalam kelas digital ini adalah bagian yang dapat dipersonalisasi/anonim, statis atau tetap, terbuka/tertutp.            Di mana ada potensi, siswa yang terhubung dengan konten, rekan dan audiesnya.

2.  Nada.  Gagasan ini termasuk abstrak, karena nada yang dimaksud dalam kelas digital ini merupakan estetika dari tugas hingga alur kerja guru dan          kecepatan bagaimana tugas ini diberikan dan sampai kepada siswa.  Di kelas digital ini, lebih mudah untuk memantau kemajuan siswa dan                         pekerjaan siswa.

3.  Putaran umpan balik.  Platform pembelajaran dapat memberikan hasil kepada siswa dengan cara disesuaikan per siswa, per mata pelajaran.  Dan             kondisi ini cepat dalam pelaksanaannya dibandingkan pada kelas tradisional.

4.  Teknologi.  Teknologi adalah bagian paling ikonik dalam kelas digital.  Ada perangkat keras/lunak, WIFI/LAN. sistem operasi atau saluran media              sosial.

5.  Alur kerja.  Alur kerja di kelas digital, bergerak dari guru --> siswa ke siswa --> yang lainnya --> siswa --> yang lainnya.  Sedangkan untuk kelas          tradisonal alur kerja daripada guru dapat diprediksi, seperti guru memberikan tugas, siswa mengumpulkan tugas, dikoreksi dan begitu setersnya sampai akhir tahun pelajaran.  Pada kelas digital, akan ada lebih banyak peluang untuk dapat berkolaborasi dibandingkan kelas tradisional, ada evaluasi dan siswa akan terpacu lebih kritis.

6.  Data.  Dalam keas digital, data sangat penting untuk umpan balik yang tepat dan pembelajaran yang dipersonalisasi siswa.  Data mudah diekstrak dan dievaluasi.  Bagaimana dengan kelas tradisional, dari segi efiesien dan efektivitas?  Anda masih mengingat kondisi tersebut?  Mana yang                    dimudahkan dalam pengumpulan data dan evaluasi?

7.  Tujuan dan Audiens.  Pada kelas digital, tujuan pembelajaran sangat signifikan dirasakan oleh siswa, di mana ada transparansi dan kolabarasi yang        baik antara guru, siswa dan orang tua mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran (sinergitas menggunakan LMS atau platform pendidikan                    lainnya).

8.  Produk dan Peluang.  Di bagian inilah, siswa belajar dan ruang digital yang memampukan dia membuat "hal-hal" baru dalam pengorganisasian ,            media, kolabaroasi, merk, platform dan lain-lain.  Ada capaian siswa sampai pada tahap C6 dalam pembelajarannya (ayo buka lagi catatan                        taksonomi Bloom) bagaimana siswa sampai pada HOTS.

Jadi, seberapa HOTS kah saya, Anda dalam menghadapi kondisi pembelajaran di masa PJJ ini?  Ada yang mengatakan HOTS ini sudah tidak laku lagi karena kita masuk ke model STEAM, Design Thinking dll.   Halloooooooo, yang suka membantah hal ini apakah sudah menggali pengetahuan, wawasan dan informasi valid kepada sumbernya?  Atau sekedar baca tagline berita, judul buku lalu membuat asumsi dan pendapat sendiri?  Di Indonesia, HOTS sendiri pertama kali mulai dibicarakan ketika Kemendikbud mengeluarkan kebijakan untuk memasukkan soal HOTS di Ujian Nasional 2018. Kebijakan ini pun menuai banyak kritik karena diumumkan secara tiba-tiba dan para peserta ujian nasional merasa kesulitan mengerjakan UN 2018 silam. Adu pernyataan antara siswa dan Kemendikbud kala itu bahkan sempat menjadi isu nasional.  

Setelah sempat reda, soal HOTS kembali ramai dibicarakan. Kali ini, kebijakan datang dari Kemenristekdikti yang menyatakan bahwa soal HOTS akan masuk di SBMPTN 2019. Kemendikbud pun tetap melanjutkan program mereka untuk memasukkan soal HOTS di UN 2019. Praktis, battlefield para siswa kelas 12 SMA/sederajat dan Alumni di tahun 2019 menjadi kian panas dengan kehadiran soal HOTS ini.  Tapi sebenarnya  HOTS ini apa sih? Apa yang membuat banyak pihak gaduh dan bahkan cemas menghadapi HOTS? 

Apakah sesusah itu? Apakah pendidikan Indonesia emang perlu soal tipe HOTS ini? Siapkah pelajar Indonesia menghadapi soal HOTS? Ditambah saat ini UN sudah ditiadakan dan beralih kepada Asesmen Nasional (AKM, Survey Karakter, Survey Lingkungan Belajar).  Semua seperti benang kusut yang bertahun-tahun belum selesai dirapikan pada tempatnya.  Haloooooo sahabat, para pendidik.   

HOTS bukan soal tetapi suatu konsep pendidikan.  HOTS merupakan sebuah konsep pendidikan yang didasarkan pada Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah kerangka yang membagi tujuan pendidikan menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan Taksonomi Bloom, dalam mempelajari suatu topik, ada beberapa tingkatan kemampuan berpikir, mulai dari tingkat rendah (Lower-order thinking skills, disingkat LOTS) sampai tingkat tinggi (Higher-order thinking skills, disingkat HOTS).

Sumber : www.teachthought.com
Sumber : www.teachthought.com

Sumber : slide PPT pribadi pada PO CE 4.0 - dokpri
Sumber : slide PPT pribadi pada PO CE 4.0 - dokpri
Membaca informasi visual tersebut, adakah yang Anda dapatkan mengenai HOTS?  Sekali lagi, HOTS ini merupakan konsep pendidikan, isntrumen yang digunakan dalam pengukuran tingkat tinggi.  Dan sudah sewajarnya di masa PJJ, di masa digitalisasi pendidikan, seorang pendidik terus beradaptasi agar ia tidak punah.  

Di pemaparan 8 elemen kelas digital, pada poin ke-8 kita mempelajari akan produk dan peluang pembelajaran dalam kelas digital.  Bagaimana dengan tingkat berpikir Anda dan siswa, apakah hanya sampai kepada C1 sd C3 untuk menghasilkan "hal-hal baru" tersebut?  Kalau pola kita masih lama dan hanya tidak pernah membiasakan diri dalam berliterasi dan menerapkan ke dalam proses berpikir dan pembalajaran siswa di bagian C4 sd C6, niscaya kondisi pendidikan kita semakin mengalami kemunduran.  

Anda dapat googling, cari di mesin pencarian bagaimana posisi siswa Indonesia dalam berliterasi dan bernumerasi bahkan sampai kepada kecakapan hidup mereka?  Tidak kah kita sedih dan prihatin dengan kondisi tersebut?  Mari setiap guru, pendidik di Indonesia untuk Anda dapat berpikiran terbuka kepada hal-hal baru, mau dengan rendah hati belajar pada hal-hal baru yang berhubungan dengan kemajuan teknologi di bidang pendidikan.  

Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus berubah, bergerak berdasarkan data-data valid di lapangan, sumber rujukan terpercaya dalam berliterasi dan meningkatkan kompetensi kecakapan hidup di abad 21 ini, sehingga akan berimbas, berdampak kepada siswa, peserta didik yang dipercayakan kepada kita.  Potret pendidikan di Indonesia dapat kita ubah menjadi lebih baik dengan mengupgrade bagaimana saya, Anda sebagai seorang pendidik memiliki keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan bekerjasama atau berkolaborasi dan keterampilan berkomunikasi.  JADI, SUDAH SEBERAPA HOTS KAH ANDA?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun