Mohon tunggu...
Rusti Dian
Rusti Dian Mohon Tunggu... Freelancer - Mass and Digital Communication Student

Author of Geotimes | Freelance Writer Kumparan | Feminism and Journalism Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

#ChooseToChallenge dan Kebebasan Perempuan dalam Menentukan Pilihan

8 Maret 2021   11:20 Diperbarui: 8 Maret 2021   12:11 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kebebasan Perempuan - Sumber: Flickr.com

Peringatan International Women's Day - Sumber: bbc.com
Peringatan International Women's Day - Sumber: bbc.com

Sebagai seorang perempuan, cukup sulit bagi kita untuk merayakan kebebasan. Nyatanya, perempuan masih sering ditempatkan di kelas dua dalam strata sosial. Bahkan, perempuan dewasa pun masih harus diberi beban untuk memilih: menikah dan menjadi ibu rumah tangga atau terus menjadi wanita karier.

Tidak berhenti sampai di situ. Masih banyak perempuan yang mendapatkan cibiran dari masyarakat mengenai mitos keperawanan, menjadi korban pelecehan seksual karena cara berpakaiannya, bahwa perempuan harus menikah, dan lain sebagainya. Seolah perempuan tidak diberi kebebasan dan kemerdekaan untuk menjadi dirinya sendiri.

Hal tersebut yang harus diperjuangkan bersama. Konsep women support women seharusnya digunakan untuk saling bahu membahu mewujudkan kebebasan terhadap kaum perempuan. Bukan justru untuk saling menjatuhkan, apalagi dengan standar ganda yang sering digunakan sebagai "tameng" dalam membela sesama kaum perempuan.

Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan, angka kekerasan terhadap perempuan masih cukup tinggi sepanjang tahun 2020 yaitu 299.911 kasus. Artinya, di masa pandemi sekalipun, kasus kekerasan terhadap perempuan justru meningkat. Apalagi dengan munculnya fenomena kekerasan berbasis gender online (KBGO).

Banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan ini mampu dijadikan refleksi bersama. Apakah perempuan sudah benar-benar merdeka atas otoritas tubuhnya? Apakah perempuan sudah merdeka dari bayang-bayang kekerasan seksual yang menimpa dirinya? Apakah perempuan sudah cukup mendapat ruang yang aman di tengah hiruk pikuk masyarakat?

Perempuan dan Gerakan Feminisme

Girl Power - Sumber: Provoke-online.com
Girl Power - Sumber: Provoke-online.com

Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa perempuan yang ikut dalam gerakan feminisme adalah perempuan yang liberal. Nyatanya, banyak sekali miskonsepsi yang terjadi dalam memaknai gerakan feminisme tersebut.

Dilansir dari Magdalene.co (2021), feminisme merupakan rangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang bertujuan membangun dan mencapai kesetaraan gender di segala aspek. Artinya, feminisme bukanlah ideologi untuk membenci laki-laki. Justru feminisme merupakan sebuah gerakan yang tidak hanya dikhususkan bagi kaum perempuan saja. Feminisme terbuka bagi siapapun.

Magdalene.co juga menjelaskan beberapa miskonsepsi tentang feminisme yang biasa terjadi di masyarakat:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun