Panggilan jiwa sebagai pendidik tidak bisa lepas kendati sudah melepaskan profesi sebagai guru, itulah yang dirasakan Ira Esmeralda ketika mengambil keputusan untuk berhdnti sebagai guru di sebuah sekolah negeri di Sungailiat, kabupaten Bangka.
Namun kecamuk batin Ira terus mengganggu tidak bisa meninggalkan dunia yang pernah digeluti karasa merasa lebih enak  bersama-sama dalam kegiatan literasi dan dibuatlah kegiatan bersama yang melibatkan anak-anak.
Dulunya, sebagai guru sastra dan bahasa indonesia ia mengajak anak-anak menulis dan memahmi karya.
"Susah betul anak membuat kalimat awal, mereka kesulitan menulis ketika di pendidikan formal," cetus Ira.
Ira mendirikan wadah pendidikan non formal dan menerima konsultasi menulis bagi anak yang berminat dalam bidang sastra.
Pada tahun 2000 di rumahnya ia mendirikan warung baca dengan koleksi buku yang dibeli sendiri baik novel serius maupun novel pop.
"Ada yang suka tanaman saya beli buku tentang tanaman begitu pulaa ada yang suka memasak beli buku masakan untuk menambah keragaman koleksi buku," ungkap Ira.
Seiring perjalanan waktu warung bacanya banyak buku yang hilang, waktu itu ada 800 buku.
 "Ada yangg tidak dikembalikan peminjam, ada yang rusak," ujarnya.
Sekarang ini Ira mendirikan komonitas yang konsentrasi pada literasi anak.Â