Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kata "Tugel" Populer Selama Pandemi Corona di Bangka

7 Juni 2020   20:28 Diperbarui: 7 Juni 2020   20:26 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Kata "tugel" merupakan bahasa daerah Bangka.

Biasanya kata tugel di sematkan orang tua kepada anak yang tidak bereaksi ketika diminta untuk melakukan sesuatu maupun larangan. Bukan cuek , bukan EGP (Emang Gue Pikirin), bukan pula kepala batu.

Tugel merupakan kata sifat. Orang yang tidak peduli, tapi bisa bersosialisasi. Bukan pula seorang penderita autis. Seorang tugel tidak merespon sebuah perintah, tapi ia tidak tuli. Ia tahu, bukan pura-pura tidak tahu. Bingungkan.

Popoknya tugel. Sosok tugel ini sering ditulis media, diucap pejabat selama masa pandemi Covid-19 di Bangka. 

Sebelum ini tugel jarang diucapkan banyak orang, khususnya di depan umum. Hanya keluarga orang Bangka yang masih nenghidupkan dan menjadi bahasa ibu sebagai komunikasi di dalam keluarga.

Saya mengingat kembali ketika masa kecil, emak menyebut anak-anaknya dengan kata, tugel. Itu dilakukan karena anak-anaknya tidak peduli dengan apa yang disampaikan. 

Misalnya, disuruh mandi, tapi ditunggu-tunggu emak kita anak-anaknya juga belum mandi. Kita anak-anaknya mendengar tapi setelah dikatakan tugel dan emosi emak mulai naik baru kita semua melaksanakan perintahnya.

Begitu pula ketika kata tugel disampaikan ketika melihat warga masih berkumpul di caffe, warung dan berbagai tempat nongkrong di tengah pandemi. Sudah disampaikan sebelumnya larangan berkerumun dan menjaga jarak tapi tidak digubris. 

Surat kabar dan media daring menulis judul beritanya dengan mencantumkan tulisan tugel dengan cetak miring. Keseringan menyebut kata tugel, ketika ada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 saat akan diefakuasi ke tempat karantina menolak dibawa petugas. Petugas mengatakan pasien itu tugel. 

Terjadi salah kaprah dalam penempatan kata tugel. Menunjukkan begitu mudah kata itu diucapkan walaupun salah penempatan. 

Apa yang dilakukan pasien menolak di efakuasi bukannya tugel, tapi melakukan penolakan. Kalau tugel tidak ada penolakan, ia akan mengikuti setelah mendapat peringatan atau akan dikenakan sanksi. Namun bisa saja suatu saat akan kembali mengulangi pelanggaran yang pernah dilakukan. Jadi kata tugel memang pasnya untuk anak yang bandel.

Ketika mendengarkan kata tugel disampaikan petugas yang menangani Covid-19 terhadap masyarakat, menunjukkan warga kita memang belum dewasa. Masih terlihat tidak mentaati aturan seperti tidak mengenakan masker saat keluar rumah, masih ada yang berkerumun dalam jumlah banyak orang sehingga tidak menjaga jarak dan lain-lain terkait dengan protokol kesehatan.

Penggunaan bahasa daerah dalam sosialisasi protokol kesehatan pesan yang disampaikan bisa mengena dan diterima warga setempat. Bahasa daerah yang dipergunakan selama masa pandemi paling populer adalah tugel. Selain itu penggunaan bahasa daerah atau kata dalam bahasa daerah ditengah pandemi oleh petugas secara tidak langsung telah mengedukasi masyarakat tentang bahasa daerah. 

Pelestarian kata dalam bahasa daerah, khususnya bahasa daerah yang jarang dipergunakan dalam komunikasi sehari-hari seperti tugel ketika masa pandemi kembali mengemuka. Tanpa disengaja telah melestarikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang sebagian sudah ada yang hilang. Disamping itu beberapa keluarga ada yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah dalam keluarga, telah menggantikan dengan bahasa Indonesia dan bahkan bahasa asing, khususnya Inggris. 

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun