Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Suatu Petang di Tepi Pantai Berkarang

5 April 2020   17:33 Diperbarui: 5 April 2020   17:25 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelora laut perlahan menenggelamkan marahari, hingga memercikkan warna jingga yang menyelimuti kulit lagit. Adalah kita yang sedang di tepi pantai, terasa ombak mencubit. Kaki bergerak menginjak pasir tak sakit. Matahari telah waktunya tenggelam. Tak ingin dipaksa malam.

Indahnya petang dalam adukan gelombang sebagian menuju ke pantai. Adalah kita yang menyaksikan sisa nyiur melambai. Kita yang dibuat terbuai. Sebentar lagi malam. Jangan lepaskan pandangan, ikuti perlahan matahari tenggelam. Dirasakan jatung ditikam, sakit yang membangkitkan dedam. 

Sejenak terdiam dalam bisikan petang. Benci sudah lama memanggang. Suatu petang di tepi pantai berkarang. Adalah kita yang pernah bertengkar. Dadapun terbakar, melebihi panas membakar semak belukar. Luluhkan benci dalam buaian angin pantai. Bukankah terasa damai?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun