Lihat, kaki bukit mencium pantai kita. Tapi kau tak terima.Â
Bukan, pantailah yang telah mencium pantai kita. Aku diam saja.Â
Kalau begitu, bukit adalah kamu. Tapi kau tak terima. Lebih memilih jadi pantai.Â
Kalau begitu, kau yang lebih agresif mencium duluan. Tapi kau tak terima. Aku diam saja.Â
Tak ada pilihan lain, aku adalah bukit, yang telah berhasil memikat pantai. Yang membuatnya mabuk kepayang.Â
Kau telah pura-pura, hatimu bimbang. Kau tidak terima. Kali ini aku tidak diam, berkata lantang, "hei, Â laut terjanglah pantai agar ia tidak bimbang."Â
Sungailiat, 25 Januari 2020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!