Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berkata-kata kepada Pantai

8 Desember 2019   13:10 Diperbarui: 8 Desember 2019   13:20 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah diterima air laut beserta ombak dan buih putih menepi. Selalu terbuka tak sekalipun menolak, termasuk Tsunami.

Aku sedang belajar kepadamu, bisa terbuka menerima apa adanya. Termasuk limbah minyak yang menghitam dibawa dari tengah laut yang ditumpahkan kapal tak bernama.

Menjadi pantai yang begitu kuat, kadang hanya menjadi tempat singgah perompak untuk menghitung hasil jarahan. Begitu pula mendengar rintihan nelayan tanpa tangkapan.

Tapi, pantai akhir-akhir ini melemah setelah puluhan tahun terkikis katena abrasi. Pantai tidak menyerah, masih bertahan bersama laut yang menangis. Terumbu Karang sudah pecah karena dieksploitasi, sekarang meringis. Pantai pun terus terkikis.

Aku tetap ingin menjadimu. Selalu didatangi tanpa menunggu. Tetap menerima dengan terbuka tanpa dijamu. Tetap pada posisi semula tanpa ada yang mengganggu. Bukan karena dungu, tapi selalu setia kepada waktu.

Aku sedang berada di pantai, diantara Camar yang mengintai. Aku bukan anak pantai, tapi telah menjadi penguasa pantai, dengan diksi mantra yang saling mencintai. Seiring dengan nyanyian Camar yang melengking ramai.

Sungailiat, 8 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun